Banner

Kerja sama China-ASEAN tumbuhkan perdagangan yang pesat

Seorang peserta pameran memperkenalkan produk mangga kering dari Thailand pada ajang China-ASEAN Expo ke-19 di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, pada 18 September 2022. (Xinhua/Zhang Ailin)

Perdagangan buah lintas perbatasan dari negara-negara anggota ASEAN ke China meningkat pesat berkat pemberlakuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), dan didukung oleh jalur ekspres dan logistik rantai dingin.

 

Nanning, China (Xinhua) – Para penggemar buah durian di China menyambut kabar menyenangkan baru-baru ini, dengan satu gelombang durian Vietnam sebanyak 18,24 ton tiba di Bea Cukai Youyiguan, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, pada 19 September. Inilah pertama kalinya kelompok baru produk buah-buahan dari negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang disetujui oleh otoritas China, masuk pasar China setelah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) berlaku.

Gelombang pengiriman durian tersebut, yang nilainya mencapai 512.400 yuan (sekitar 1,09 miliar rupiah), telah lulus pemeriksaan dan mendapat izin dari bea cukai tidak lama setelah tiba di China.

Dibandingkan durian dari Thailand dan Malaysia yang saat ini menduduki sebagian besar pasar China, durian Vietnam memiliki beberapa keunggulan seperti masa pemetikan lebih lama, jarak geografis yang lebih dekat dan periode puncak matang buahnya yang berbeda, sehingga sangat menarik perhatian konsumen.

Yuehai Global Supply Chain Co.,Ltd, perusahaan yang menangani impor dan pengangkutan durian tersebut, sudah meneken perjanjian kerja sama dengan 18 kebun penanaman di Vietnam, berkat keunggulannya dalam transportasi, pengurusan perizinan bea cukai dan lain sebagainya.

“Masuknya durian Vietnam ke China memberi pilihan baru bagi konsumen China,” kata Qin Jun, Wakil Direktur Yuehai, sembari menyatakan bahwa bea cukai Youyiguan telah mengambil sejumlah langkah, seperti “jalur khusus” untuk produk segar, agar durian ini terjaga kesegaran dan kelezatannya saat dicicipi konsumen China.

Perdagangan buah lintas perbatasan
Foto yang diabadikan pada 19 September 2022 ini menunjukkan para staf bea cukai di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, sedang memeriksa durian yang diimpor dari Vietnam. (Xinhua)

Dalam ingatan Chen Jiqing, seorang pedagang buah di kota perbatasan Dongxing, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, kesan pertamanya terhadap buah-buahan dari negara-negara ASEAN didapat dari rambutan, mangga, dan kelapa yang dibawa oleh para pedagang multinasional di dekat pasar perdagangan buah lintas perbatasan ketika dia masih kecil.

“Hanya ada segelintir ragam buah-buahan dari negara-negara ASEAN pada saat itu, dan jumlahnya juga sedikit. Sebagian besar buah-buahan tersebut harus terjual pada hari yang sama, atau kesegarannya akan berkurang,” tutur Chen.

Pada saat itu, karena teknologi yang menjaga kesegaran produk dan sistem logistik masih belum maju, buah-buahan dari ASEAN umumnya hanya dijual di daerah perbatasan.

Kini, perdagangan buah lintas perbatasan yang didukung oleh jalur ekspres dan logistik rantai dingin sudah menggantikan perdagangan buah skala kecil di sekitar kawasan perbatasan.

Perusahaan Chen bahkan sudah menjadi salah satu perusahaan perdagangan buah terbesar di Dongxing. Pada musim puncak produksi durian, dia dapat mengirim lebih dari 40 kontainer durian segar ke provinsi-provinsi pedalaman China dalam satu bulan.

Menurut statistik, pada 2004, China mengimpor 300 juta dolar AS (sekira 4,5 triliun rupiah) buah-buahan dari negara-negara ASEAN. Sementara pada 2021, China mengimpor 15,22 miliar dolar AS buah-buahan dan kacang-kacangan baik segar maupun kering, di mana lima negara ASEAN (Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Malaysia) menyumbang lebih dari 60 persen.

Berkat perkembangan pesat hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan ASEAN, Kota Chongzuo di Guangxi, yang terletak di perbatasan antara China dan Vietnam, kini menjadi kota terbesar untuk impor dan ekspor buah-buahan perdagangan perbatasan di China, dan buah-buahan tropis yang diimpornya menyumbang lebih dari separuh total volume di China.

Di Guangzhou, Shenzhen, Shanghai, Nanning, dan kota-kota lainnya di China, makanan ringan, kue, minuman, dan sejumlah produk lain yang berbahan baku durian, buah naga, mangga, lengkeng, dan buah-buahan lain asal negara-negara ASEAN, beberapa tahun belakangan menjadi semakin populer dan memperkaya meja konsumen China. Beberapa perusahaan makanan juga memanfaatkan peluang bisnis tersebut, yang pada gilirannya membantu memperpanjang rantai industri buah-buahan dari negara-negara ASEAN.

Di Kota Nanning, ibu kota Guangxi, Xuanma, sebuah merek makanan roti yang masuk dalam jajaran merek terlaris di sejumlah platform perdagangan elektronik (e-commerce), juga melihat peluang yang dihadirkan oleh perdagangan buah-buahan yang berkembang pesat antara China dan negara-negara ASEAN. Mereka pun memproduksi kue durian yang berbahan baku durian impor.

Tang Chunlong, Wakil Manajer Umum Guangxi Xuanma Food Co., Ltd., mengatakan kue durian perusahaannya mempertahankan aroma durian yang segar, dan dapat diproduksi serta dikirim ke pelanggan pada hari yang sama setelah menerima pesanan dari platform e-commerce. Penjualan kue durian itu kini meluas hingga ke seluruh penjuru negeri.

Produk kue durian Xuanma meraih popularitas di pasar segera setelah diluncurkan pada 2019, dan penjualan tahunannya meningkat pesat dari semula 800.000 yuan menjadi lebih dari 10 juta yuan pada 2021. Terinspirasi oleh popularitas kue durian, perusahaan itu kini berencana mengembangkan lebih banyak produk kue berbahan baku buah-buahan impor dari negara-negara ASEAN.

Perdagangan buah lintas perbatasan
Foto yang diabadikan pada 18 September 2022 ini menunjukkan kopi durian Musang King yang dipamerkan di China-ASEAN Expo ke-19 yang digelar di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi. (Xinhua/Lu Anbo)

Berkat Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru, sebuah jalur perdagangan dan logistik, dengan Chongqing sebagai pusat operasi utamanya, buah-buahan dari negara-negara ASEAN kini dapat diangkut ke bagian barat China serta ke lebih banyak provinsi pedalaman di negara itu.

“Dulu, via jalur logistik tradisional, barang-barang dari ASEAN harus dikirim ke pelabuhan lokal terlebih dahulu, kemudian ke kota-kota di China timur via jalur laut, sebelum diangkut ke daerah barat China via logistik bagasi domestik. Prosesnya memakan waktu lama,” kata Mai Liang dari China (Guangxi) Pilot Free Trade Zone Qinzhou Port Area Development and Investment Group Co., Ltd. “Masalahnya adalah biaya pengiriman yang mahal dan memakan terlalu banyak waktu, sehingga sulit bagi buah-buahan segar ASEAN untuk mencapai meja makan konsumen China dengan cepat.”

Saat ini, jaringan logistik koridor darat-laut baru di China barat telah berkembang pesat, membentuk tiga jalur utama di timur, tengah dan barat serta berbagai bentuk logistik, termasuk transportasi rel-laut. Destinasi koridor itu telah diperluas ke 319 pelabuhan di 107 negara dan kawasan.

Dalam ajang China-ASEAN Expo ke-19, yang diadakan dari 16 hingga 19 September di Nanning, perdagangan buah juga memainkan peran yang sangat penting, buah-buahan tropis dari negara-negara ASEAN dipromosikan dan dijual di pameran tersebut.

*1 yuan = 2.134 rupiah

**1 dolar AS = 14.980 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan