OCHA: 19 persen anak jadi pekerja anak di Afghanistan

Sejumlah anak bekerja di sebuah pabrik batu bata di Kabul, ibu kota Afghanistan, pada 12 Juni 2024. Sekitar 19 persen anak menjadi pekerja anak di Afghanistan, seperti diungkapkan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) di Afghanistan pada Rabu (12/6). (Xinhua/Saifurahman Safi)

Perang selama empat dekade dan kemiskinan ekstrem di Afghanistan telah memaksa banyak anak untuk menjadi pekerja anak atau berjuang mencari nafkah di jalanan dengan mencuci mobil hingga menyemir sepatu.

 

Kabul, Afghanistan (Xinhua) – Sekitar 19 persen anak di Afghanistan menjadi pekerja anak, demikian diungkapkan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) di Afghanistan pada Rabu (12/6).

“Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial (Afghanistan) sedang berusaha untuk mencegah adanya pekerja anak dan memberikan bantuan kepada keluarga mereka. Kementerian telah mengaktifkan pusat-pusat pelatihan untuk anak-anak yatim piatu dan telah memberikan pelatihan kejuruan serta bantuan lainnya kepada anak-anak tersebut,” demikian dilaporkan oleh media setempat TOLOnews mengutip pernyataan juru bicara kementerian itu, Samiullah Rahimi, pada Rabu.

Folad merupakan seorang anak Afghanistan yang bekerja di sebuah pabrik batu bata di Distrik Dehsabz di Kabul, ibu kota Afghanistan.

“Saya ingin bersekolah, tetapi tidak bisa. (Keluarga) kami terlilit utang, dan saya tidak bisa melanjutkan sekolah karena kemiskinan. Jika pemerintah memberikan bantuan kepada keluarga saya, saya bisa bersekolah dan melanjutkan studi,” tutur Folad.

Perang selama empat dekade
Sejumlah anak bekerja di sebuah pabrik batu bata di Kabul, ibu kota Afghanistan, pada 12 Juni 2024. Sekitar 19 persen anak menjadi pekerja anak di Afghanistan, seperti diungkapkan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) di Afghanistan pada Rabu (12/6). (Xinhua/Saifurahman Safi)

Perang selama empat dekade dan kemiskinan ekstrem di Afghanistan telah memaksa banyak anak untuk menjadi pekerja anak atau berjuang mencari nafkah di jalanan dengan mencuci mobil hingga menyemir sepatu.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan