Banner

Pasokan senjata dari AS dan Inggris perpanjang konflik bertahun-tahun di Yaman

Seorang anak terlihat di kamp Dharawan yang terletak di pinggiran utara Sanaa, ibu kota Yaman, pada 7 Desember 2022. (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Perang saudara di Yaman yang pecah sejak akhir 2014 telah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa 4 juta orang mengungsi, dan menyeret negara itu ke jurang kelaparan.

 

Sanaa, Yaman (Xinhua) – Senjata yang dipasok oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris terus memperpanjang perang saudara yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di Yaman, menewaskan dan melukai banyak warga sipil, menurut laporan investigasi yang dirilis oleh organisasi amal Oxfam pada Rabu (11/1).

Selama periode 14 bulan, senjata yang dipasok oleh AS dan Inggris menyebabkan 87 warga sipil tewas dan 136 lainnya luka-luka di seluruh Yaman, menurut organisasi tersebut.

Laporan Oxfam itu menyebutkan bahwa “ratusan serangan terhadap warga sipil di Yaman” dilancarkan antara Januari 2021 hingga Februari 2022 menggunakan senjata yang dipasok oleh kedua negara Barat itu.

Perang saudara di Yaman
Foto yang diabadikan pada 10 Agustus 2022 ini menunjukkan sebuah bangunan yang rusak parah akibat hujan lebat selama berhari-hari di kota tua Sanaa, Yaman. (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Laporan setebal 43 halaman itu menyebutkan keberadaan bukti bahwa serangan udara dan artileri melibatkan bom klaster, yang dilarang berdasarkan konvensi internasional dan hukum konvensional.

Banner

Laporan tersebut mendesak kedua negara untuk berhenti memasok senjata untuk konflik Yaman yang sudah berlangsung selama delapan tahun itu, mengonfirmasi bahwa 13 serangan udara yang dilancarkan oleh pesawat jet buatan Inggris atau AS telah menghantam sejumlah rumah sakit dan klinik di Yaman.

Konfrontasi bersenjata sporadis antara pasukan pemerintah Yaman dan milisi Houthi sedang berlangsung di berbagai wilayah di Yaman tiga bulan setelah berakhirnya gencatan senjata kemanusiaan yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Yaman telah terjebak dalam perang saudara sejak akhir 2014. Perang itu telah menewaskan puluhan ribu orang, mengakibatkan 4 juta orang mengungsi, dan menyeret negara itu ke jurang kelaparan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan