Jakarta (Indonesia Window) – Selama 70 tahun hubungan bilateral Indonesia dan China, kerja sama antara kedua negara lebih didominasi bidang keamanan, ekonomi, dan industri.
Padahal, people-to-people connection atau hubungan antarmasyarakat dalam hubungan Indonesia-China tidak dapat diabaikan.
“Hal ini bisa menjadi kekuatan tersendiri dalam hubungan Indonesia dan Tiongkok,” kata Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tri Nuke Pudjiastuti, dalam webinar P-to-P Connection Indonesia-Tiongkok: Tantangan dan Strategi yang digelar baru-baru ini.
Menurut dia, dalam hubungan Indonesia-China, negara memang merupakan aktor utama, namun ada peran warga kedua negara di dalamnya yang tak dapat dipungkiri.
“Masyarakat dapat membentuk pola yang lebih harmonis, tidak selalu persoalan politik,” ujar Nuke.
Peran masyarakat itu dapat dilihat pada tingginya jumlah kunjungan wisatawan China ke Indonesia dan sebaliknya, serta pertukaran pelajar antara kedua negara, dan kerja sama tenaga kerja.
“Pemahaman people-to-people ini dapat menjadi landasan pengembangan dan penguatan hubungan kedua negara yang berkelanjutan,” imbuh Nuke.
Sementara itu, peneliti Pusat Kewilayahan LIPI, Paulus Rudolf Yuniarto, menerangkan people-to-people connection bertujuan mengembangkan berbagai inisiatif dalam mendukung pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, mendorong kegiatan ekonomi, mendukung pertukaran budaya dan agama, mempromosikan pariwisata nasional, dan kebutuhan praktis lainnya.
“People to people connection juga memiliki peran penting walau tidak dapat diukur kedalamannya dalam konteks hubungan internasional,” jelasnya.
Rudolf menambahkan bahwa studi kasus menunjukkan pentingnya people-to-people connection atau keterlibatan masyarakat sipil dalam hubungan kerja sama antarnegara.
People-to-people connection memerlukan kerja sama yang efektif, transparan, merespon timbal balik, dan terbuka dengan kritik.
Menurut dia, pendekatan people-to-people connection antara Indonesia dan China lebih mengenai pemahaman berbasis budaya.
“Pendekatan people-to-people Indonesia-Tiongkok dapat diimplementasikan melalui komunikasi antarbudaya dan manajemen lintas budaya,” ujar Rudolf.
Laporan: Redaksi