Banner

Penyelidikan arkeologis laut dalam China berfokus pada bangkai kapal kuno Dinasti Ming

Foto yang diabadikan pada Oktober 2022 ini menunjukkan interior bangkai kapal karam No.1 yang terletak di dekat lereng kontinental barat laut di Laut China Selatan. (Xinhua)

Penyelidikan arkeologis laut dalam oleh kapal penelitian ilmiah China Tan Suo Yi Hao (Discovery One) menargetkan bangkai-bangkai kapal yang diidentifikasi berasal dari Dinasti Ming (1368-1644), yang ditemukan sekitar 1.500 meter di bawah permukaan Laut China Selatan.

 

Geladak Kapal Tan Suo Yi Hao (Xinhua) – Kapal penelitian ilmiah China Tan Suo Yi Hao (Discovery One), yang membawa kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior), mencapai Sanya, di Provinsi Hainan, China selatan, pada Ahad (11/6) pagi waktu setempat, menandai keberhasilan misi penyelidikan arkeologis laut dalam.

Selama lebih dari 20 hari, kapal selam yang membawa anggota tim arkeologis gabungan tersebut mengamankan 200 lebih peninggalan budaya berusia sekitar 500 tahun silam dari situs dua bangkai kapal kuno, yang terletak sekitar 1.500 meter di bawah permukaan Laut China Selatan.

Di antara penemuan itu, terdapat jangkar besi berukuran panjang sekitar 1 meter, sebuah kotak yang muncul pada pemeriksaan pertama yang terbuat dari kayu, dua balok kayu, dan berbagai barang keramik, seperti guci porselen biru-putih, piring porselen biru-putih, dan mangkuk kaca putih.

Penyelidikan arkeologis laut dalam
Foto yang diabadikan pada 26 Mei 2023 ini menunjukkan kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior), yang digunakan untuk mengumpulkan data arkeologis bawah air, di atas kapal penelitian ilmiah Tan Suo Yi Hao (Discovery One) di Laut China Selatan. (Xinhua/Pu Xiaoxu)

Misi kapal selam tersebut merupakan tahap pertama dari penyelidikan arkeologis bawah laut yang lebih luas yang berfokus pada dua bangkai kapal, yang dilakukan oleh para ilmuwan dan teknisi China di atas kapal penelitian Tan Suo Yi Hao.

Banner

Bangkai kapal itu pertama kali ditemukan pada Oktober 2022 oleh Shenhai Yongshi setelah sekitar 500 penyelaman eksplorasi. Bangkai-Bangkai kapal itu diidentifikasi berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan kemudian diberi nama bangkai kapal No.1 dan No.2 di dekat landas benua barat laut di Laut China Selatan.

Bangkai kapal yang kondisinya relatif utuh itu menyimpan sejumlah besar peninggalan budaya yang bernilai sejarah, ilmiah, dan artistik yang penting. Penemuan ini tidak hanya merupakan terobosan besar bagi arkeologi laut dalam China, tetapi juga merupakan penemuan arkeologis yang signifikan di tingkat global.

Menurut Yan Yalin, direktur departemen arkeologi Administrasi Warisan Budaya Nasional (National Cultural Heritage Administration/NCHA), penemuan ini menunjukkan fakta sejarah bahwa leluhur bangsa China telah mengembangkan, memanfaatkan dan melakukan perjalanan dari dan ke Laut China Selatan. Penemuan ini berkontribusi pada penelitian tentang sejarah maritim China, sejarah keramik, sejarah perdagangan luar negeri dan studi tentang Jalur Sutra Maritim.

Untuk melakukan penyelidikan arkeologis ini, sebuah tim arkeologis gabungan yang terdiri dari sekitar 30 orang, termasuk para arkeolog dan para pakar di bidang geofisika, geologi kelautan, biologi kelautan dan elektromekanik, dikumpulkan dan penyelidikan arkeologi tiga tahap diluncurkan.

Misi ini belum pernah terjadi sebelumnya.

China memulai eksplorasi arkeologis bawah lautnya pada periode 1980-an, tetapi sebagian besar misi dilakukan di daerah pesisir yang dangkal, sekitar 40 meter di bawah permukaan laut. Pada 2018 dan 2022, China melakukan dua penyelidikan arkeologis laut dalam, membuka babak baru bagi arkeologi laut dalam negara itu.

Banner

Namun, misi terbaru ini sangat menantang.

Masifnya temuan arkeologis di situs tersebut menimbulkan tantangan tertentu. Selain bangkai kapal, sejumlah besar benda-benda yang terbuat dari keramik dan tembikar, serta sejumlah potongan kayu, ditemukan tersebar di area seluas sekitar 10.000 meter persegi, berada di dasar laut yang terletak sekitar 1.500 meter di bawah permukaan laut.

Selain itu, tidak ada pihak yang dapat dimintai petunjuk tentang proyek semacam ini. “Sebelumnya, belum pernah ada kasus di seluruh dunia ini yang melakukan penyelidikan arkeologis pada bangkai kapal dengan skala serupa di tempat sedalam ini,” kata Chen Chuanxu, seorang ahli dalam prospeksi geofisika sekaligus wakil kepala misi itu.

Para anggota tim harus mengira-ngira dan merintis jalan mereka sendiri.

Penyelidikan arkeologis laut dalam
Kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior) kembali ke permukaan setelah menyelesaikan penyelidikan bawah air selama sehari di Laut China Selatan, pada 27 Mei 2023. (Xinhua/Pu Xiaoxu)

Mempertimbangkan kompleksitas arkeologi laut dalam, tim tersebut membuat rencana yang cermat untuk hampir setiap aspek pekerjaan mereka. Dari pembersihan dan pengangkutan relik hingga pemformatan jurnal kerja masing-masing anggota, semua detail didiskusikan oleh para anggota sebelum rencana aksi terbaik diputuskan.

“Situasi tak terduga bisa muncul kapan saja,” ungkap Song Jianzhong, kepala misi itu. “Ini adalah perjalanan yang sulit bagi semua orang, dan berbagai tantangan besar menanti kami.”

Banner

Setiap penyelaman memakan waktu sekitar delapan hingga sembilan jam, di mana para arkeolog bekerja dengan konsentrasi tinggi untuk mengamati, merekam, dan menganalisis status situs tersebut. Sementara itu, pilot kapal selam, sesuai dengan instruksi para ahli, melakukan tugas seperti pengukuran laser dan perekaman video multisudut, serta mengumpulkan sampel dan relik dengan tangan robot kapal selam.

Pekerjaan itu dilakukan dengan ketekunan dan kehati-hatian yang ekstrem.

“Dalam banyak kasus, tidak ada kesempatan kedua, satu kesalahan dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diubah,” ujar Li Hangzhou, pilot kapal selam, seraya menambahkan bahwa semua pilot kapal selam mempertahankan standar tertinggi selama misi tersebut.

Teknologi tinggi juga memainkan peran penting.

Misalnya, untuk menentukan lokasi terbaik dalam mengumpulkan sampel di area luas tempat relik tersebar, Yue Chaolong, salah seorang anggota grup kompilasi informasi tim itu, menggunakan teknologi penjahitan (stitching) gambar digital tiga dimensi (3D) untuk memproses rekaman visual dari setiap penyelaman dan menghasilkan peta panorama situs tersebut.

Tahap investigasi pertama telah terbukti berhasil.

Banner

Selain relik-relik yang dikumpulkan, tim juga melakukan pemindaian laser 3D dan stitching material visual pada area penumpukan inti kedua kapal karam tersebut.

Misi ini juga melakukan beberapa eksperimen dan menggunakan berbagai teknologi canggih, seperti pemosisian long-baseline dan gripper robotik lunak, untuk arkeologi laut dalam. Selain itu, dengan menyimpan jurnal terperinci, laporan ilmu pengetahuan, dan formulir pendaftaran relik yang diamankan, tim telah meningkatkan protokol kerja untuk arkeologi laut dalam.

Zhang Ninghao, wakil kepala misi lainnya, mengatakan bahwa akhir dari tahap penyelidikan ini merupakan sebuah awal yang baru.

Bagi tim, penyelidikan adalah pengingat yang kuat tentang berapa banyak misteri peradaban yang tersembunyi di bawah gelombang laut.

Mengenang kembali setelah menyelesaikan satu penyelaman, arkeolog Deng Qijiang yang juga wakil kepala misi ini berkata, “Saya mungkin telah membayangkannya ratusan kali, bahkan ribuan kali, tetapi ini jauh melampaui bayangan saya.”

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan