Penyalahgunaan AI telah berkontribusi pada produksi dan penyebaran misinformasi yang meluas, merusak kepercayaan sosial yang penting bagi organisasi berita, dan memicu krisis global dalam kredibilitas lanskap informasi.
Urumqi, Daerah Otonom Uighur Xinjiang (Xinhua/Indonesia Window) – Kantor Berita Xinhua pada Senin (14/10) merilis sebuah laporan wadah pemikir (think tank) yang menyoroti tantangan dan risiko bagi industri media yang disebabkan oleh penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Laporan tersebut, yang berjudul ‘Tanggung Jawab dan Misi Media Berita di Era AI’ (Responsibility and Mission of News Media in AI Era), dirilis oleh wadah pemikir di bawah naungan Kantor Berita Xinhua pada acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Media Dunia (World Media Summit/WMS) keenam yang sedang berlangsung di Urumqi, ibu kota Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut.
Laporan itu menyatakan bahwa penyalahgunaan AI telah berkontribusi pada produksi dan penyebaran misinformasi yang meluas, merusak kepercayaan sosial yang penting bagi organisasi berita, dan memicu krisis global dalam kredibilitas lanskap informasi.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa penggunaan AI yang semakin luas dalam penyebaran informasi telah memperkenalkan variabel-variabel signifikan ke dalam lanskap opini publik global.
Bias inheren dalam data dan algoritma, ditambah dengan fenomena “filter bubble”, menghadirkan tantangan bagi pengembangan kognitif dan pembentukan nilai yang independen, rasional, dan sehat, menurut laporan tersebut.
Selain itu, laporan tersebut juga memperingatkan tentang meningkatnya risiko manipulasi opini publik dan perang informasi yang dipicu oleh AI.
Laporan itu menyebutkan bahwa dengan dukungan AI, metode manipulasi opini terus berkembang, dan alat-alat terus ditingkatkan, yang mengarah pada ekosistem opini publik yang semakin kompleks dan buram.
Laporan: Redaksi