Banner

Pejabat PBB peringatkan tragedi yang masih berlangsung di Gaza, desak tindakan segera

Seorang pria meratapi sejumlah jenazah korban pascaserangan udara Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 4 April 2024. Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza pada Kamis (4/4) mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung telah melampaui 33.000 orang. (Xinhua/Khaled Omar)

Pengungsian di Gaza merupakan bencana besar, dengan 1,7 juta orang, atau 75 persen dari populasi Gaza, terpaksa meninggalkan rumah mereka dan hidup dalam kondisi yang berbahaya.

 

PBB (Xinhua) – Menandai enam bulan sejak eskalasi konflik di Gaza, seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (5/4) memberikan keterangan kepada Dewan Keamanan PBB, menyoroti krisis kemanusiaan yang parah serta menyerukan respons global yang mendesak.

“Enam bulan yang penuh pilu dan duka,” tutur Direktur Divisi Koordinasi Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Ramesh Rajasingham, seraya menjelaskan konsekuensi mengerikan yang dihadapi warga Gaza sejak pecahnya konflik.

Dengan lebih dari 32.000 orang tewas dan 75.000 orang lainnya terluka, situasi ini sudah mencapai titik kritis, dengan anak-anak dan perempuan terdampak secara tidak proporsional, ujarnya.

Rajasingham menekankan, “Jelas tidak ada perlindungan bagi warga sipil di Gaza,” dan menggarisbawahi betapa pentingnya intervensi internasional untuk melindungi nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Pengungsian di Gaza merupakan bencana besar, dengan 1,7 juta orang, atau 75 persen dari populasi Gaza, terpaksa meninggalkan rumah mereka dan hidup dalam kondisi yang berbahaya.

Banner
Pengungsian di Gaza
Seorang pria mengumpulkan sejumlah barang di antara puing-puing bangunan yang hancur pascaserangan udara Israel di kamp pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, pada 4 April 2024. Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza pada Kamis (4/4) mengumumkan bahwa jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung telah menembus angka 33.000. (Xinhua)

Rajasingham menceritakan dampak menghancurkan dari konflik tersebut, termasuk “kebrutalan tak bernurani” terbaru yang terjadi dalam bentuk pengeboman dan operasi darat yang intens, yang bukan hanya merenggut ratusan korban jiwa namun juga sangat menghambat upaya kemanusiaan.

“Pada 1 April, penarikan pasukan Israel dari Kompleks Medis Al Shifa yang terkepung… memperlihatkan sebuah rumah sakit… hampir seluruhnya hancur,” ungkapnya.

Mengomentari tujuh pekerja bantuan World Central Kitchen yang tewas dalam serangan udara Israel, Rajasingham mengatakan, “Mereka telah memberi tahu militer Israel tentang pergerakan mereka.”

Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, para pekerja bantuan terus berupaya memberikan layanan esensial kepada warga yang membutuhkan. Namun, Rajasingham menekankan, “skala dan luasnya bantuan yang dapat kami berikan kepada masyarakat di Gaza sangatlah tidak memadai.”

Rajasingham menyerukan akses yang aman, cepat, dan tanpa hambatan bagi semua organisasi kemanusiaan untuk menjangkau seluruh warga sipil yang membutuhkan.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan