Jakarta (Indonesia Window) – Imperial College London mengumumkan pada hari Kamis bahwa salah satu ilmuwannya yang telah memenangkan hibah 1,5 juta euro (1euro=Rp15.500) dari Dewan Riset Eropa (ERC) akan melanjutkan penelitiannya mengenai baterai aliran redoks hemat biaya.
Baterai tersebut akan menjadi perangkat penyimpanan energi berukuran besar yang bisa menerangi banyak kota.
Baterai tersebut terdiri atas dua tangki elektrolit yang dipompa melewati membran yang dipegang di antara dua elektroda. Pemisah membran memungkinkan difusi ion melintasi membran antara tangki sambil mencegah pencampuran silang dari larutan elektrolit.
Dr. Qilei Sing dari Departemen Teknik Kimia Imperial College memenangkan ERC Starting Grant. Proyek ini akan melibatkan kolaborasi dengan para peneliti di Imperial College, Universitas Edinburgh, Universitas Cambridge dan lembaga-lembaga di Uni Eropa dan China, menurut Imperial College.
Song mengatakan kepada Xinhua bahwa saat ini biaya membran yang digunakan untuk membuat aliran baterai masih sangat tinggi, sehingga akan merancang dan memproduksi membran selektif ion berbiaya murah generasi berikutnya yang didasarkan pada polimer nanopori dengan porositas baik dan berfungsi sebagai ion-konduktif.
Baterai jenis ini relatif lebih aman dalam penggunaan skala besar dibandingkan dengan bentuk baterai lainnya, dan cocok untuk penyimpanan energi skala besar.
Penelitian ini dapat membantu mempercepat pengembangan energi terbarukan, mengurangi perubahan iklim dan mengatasiketidakcocokan antara pasokan energi terbarukan yang terputus-putus dan jaringan listrik yang bervariasi, menurut Song.
Laporan: Redaksi