Banner

Tanggapi mundurnya PM Palestina, PBB sebut ingin melihat pemerintahan Palestina kuat dan berdaya

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam upacara serah terima keketuaan Kelompok 77 (G77) dan China di markas besar PBB di New York pada 15 Januari 2019. (Xinhua/Li Muzi)

“Pemerintah Palestina yang kuat dan berdaya serta mampu mengelola seluruh wilayah Palestina yang diduduki sangatlah penting sebagai bagian dari jalan untuk mencapai pendirian negara Palestina yang sepenuhnya merdeka, demokratis, berdampingan, berdaulat, dan kekal, berdasarkan garis demarkasi tahun 1967, dengan Gaza sebagai bagian yang integral, yang masih menjadi satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian abadi.”

 

PBB, 26 Februari (Xinhua) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ingin melihat pemerintahan Palestina yang kuat dan berdaya, kata Stephane Dujarric, juru bicara (jubir) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, saat menanggapi pengunduran diri pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh.

Banner

Dujarric mengatakan bahwa Guterres sudah mendengar perihal pengumuman Shtayyeh pada Senin (26/2) yang mengungkapkan bahwa PM Palestina itu telah mengajukan pengunduran diri pemerintahan yang dipimpinnya kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas

“Pemerintah Palestina yang kuat dan berdaya serta mampu mengelola seluruh wilayah Palestina yang diduduki sangatlah penting sebagai bagian dari jalan untuk mencapai pendirian negara Palestina yang sepenuhnya merdeka, demokratis, berdampingan, berdaulat, dan kekal, berdasarkan garis demarkasi tahun 1967, dengan Gaza sebagai bagian yang integral, yang masih menjadi satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian abadi,” ujar jubir tersebut.

PBB siap untuk terus mendukung upaya-upaya yang bertujuan untuk mengatasi tantangan kemanusiaan, politik, keuangan, dan keamanan yang dihadapi rakyat Palestina, katanya dalam konferensi pers harian.

Banner

Berbicara tentang situasi di lapangan, jubir tersebut mengungkapkan bahwa Bulan Sabit Merah Palestina, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), telah menyelesaikan evakuasi 72 pasien kritis dari Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan.

Dana Kependudukan PBB melaporkan bahwa bayi-bayi yang baru lahir di Gaza kini sekarat karena ibu mereka tidak dapat melakukan pemeriksaan pranatal atau pascanatal, sementara serangan bertubi-tubi, keharusan untuk mengungsi demi keselamatan, serta kecemasan memicu kelahiran prematur, kata jubir tersebut.

Dalam laporan hariannya mengenai situasi di Gaza, OCHA mengatakan serangan Israel yang intens baik via udara, darat, maupun laut terus berlanjut di sebagian besar wilayah Jalur Gaza pada Senin hingga mengakibatkan peningkatan jumlah korban sipil, pengungsi, dan kerusakan infrastruktur sipil.

Banner

Operasi darat dan pertempuran sengit antara pasukan Israel dan kelompok-kelompok bersenjata Palestina juga terus berlanjut. Menurut OCHA, pada periode antara Jumat (23/2) hingga Senin, puluhan roket dilaporkan ditembakkan oleh kelompok-kelompok bersenjata Palestina ke arah Israel.

Sejak 7 Oktober 2023, sedikitnya 29.782 warga Palestina telah tewas di Gaza dan 70.043 orang lainnya mengalami luka-luka, papar OCHA mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan di Gaza.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan