Banner

Suriah kecam serangan AS, tuding Washington sebagai sumber utama instabilitas global

Foto yang diabadikan pada 20 Januari 2024 ini menunjukkan sebuah bangunan tempat tinggal yang hancur di Damaskus, Suriah. Lima perwira Korps Garda Revolusi Islam (Islamic Revolutionary Guard Corps/IRGC) Iran tewas dalam serangan rudal Israel di sebuah lingkungan perumahan di ibu kota Suriah, Damaskus, pada Sabtu (20/1), menurut sebuah sumber media Iran kepada Xinhua. Bangunan yang menjadi sasaran serangan itu ditempati oleh unit yang terafiliasi dengan IRGC di Iran, demikian dilaporkan saluran televisi (TV) pan-Arab al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon. (Xinhua/Ammar Safarjalani)

Pasukan militer AS mengancam keamanan dan perdamaian internasional melalui serangan terhadap negara-negara, masyarakat, dan kedaulatan, serta meningkatkan konflik di Timur Tengah.

 

Damaskus, Suriah (Xinhua) – Kementerian Luar Negeri Suriah pada Sabtu (3/2) mengecam pemerintah Amerika Serikat (AS) atas serangannya di Suriah timur, dan menuding Washington sebagai sumber utama instabilitas global.

Dalam pernyataan pedasnya, kementerian tersebut mengatakan pasukan militer AS mengancam keamanan dan perdamaian internasional melalui serangan terhadap negara-negara, masyarakat, dan kedaulatan, serta meningkatkan konflik di Timur Tengah.

Kementerian itu menuding AS berupaya menghidupkan kembali aktivitas teroris di kawasan tersebut, menekankan peran konsistennya dalam meningkatkan konflik di Timur Tengah yang sudah bergejolak.

Dalam kritik yang ditujukan kepada pemerintah AS karena melakukan serangkaian serangan udara terhadap sejumlah posisi militer di Suriah timur selepas tengah malam, yang dilaporkan menargetkan kubu milisi yang didukung Iran, kementerian itu menegaskan bahwa serangan tersebut hanyalah salah satu contoh pelanggaran berulang yang dilakukan AS. Kementerian tersebut menyebut pola agresi, termasuk aksi-aksi yang diduga dilakukan oleh koalisi internasional yang dibentuk pada 2014.

Banner

Pihak kementerian mengecam keras apa yang mereka anggap sebagai dukungan AS terhadap terorisme, jatuhnya korban sipil, dan eksploitasi sumber daya nasional Suriah yang terus berlanjut.

Selain itu, kementerian tersebut mengkritik pemerintah AS karena mengabaikan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan hukum internasional, serta mengungkapkan kekhawatiran mengenai “kelumpuhan” di Dewan Keamanan (DK) PBB. Kementerian itu mengaitkan kelumpuhan ini dengan campur tangan AS, sehingga menghambat kemampuan DK PBB untuk mengatasi dugaan pelanggaran serius.

Meski media pemerintah Suriah maupun pihak militer tidak melaporkan jumlah pasti korban akibat serangan udara AS, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa sebanyak 18 militan tewas ketika serangan tersebut menghantam basis pertahanan milisi-milisi yang didukung Iran sepanjang 130 kilometer (km) area-area di Deir al-Zour.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan