OECD: Pertumbuhan PDB global diprediksi melambat jadi 3,1 persen pada 2025 dan 3 persen pada 2026

OECD memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) global akan mencatat pertumbuhan 3,3 persen untuk 2025 dan 2026.
Paris, Prancis (Xinhua/Indonesia Window) – Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global diproyeksikan akan melambat dari 3,2 persen pada 2024 menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 3 persen pada 2026, ungkap Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) dalam proyeksi ekonomi terbarunya pada Senin (17/3).
Revisi penurunan dari proyeksi sebelumnya ini mencerminkan “hambatan perdagangan yang lebih tinggi di beberapa ekonomi G20 dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan yang membebani investasi dan pengeluaran rumah tangga,” urai OECD.
Organisasi itu memperingatkan bahwa peningkatan lebih lanjut terkait hambatan perdagangan akan melemahkan pertumbuhan global dan berkontribusi terhadap tekanan inflasi. Dalam perkiraannya pada Desember 2024, OECD memproyeksikan bahwa PDB global akan mencatat pertumbuhan 3,3 persen untuk 2025 dan 2026.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat di ekonomi-ekonomi utama. Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan PDB diproyeksikan turun menjadi 2,2 persen pada 2025 dan 1,6 persen pada 2026 seiring diberlakukannya kenaikan tarif. Di area mata uang euro, pertumbuhan PDB diprediksi berada di level 1 persen pada 2025 dan 1,2 persen pada 2026, dengan meningkatnya ketidakpastian menyebabkan ekspansi melemah. Pertumbuhan ekonomi di Jerman, Prancis, dan Italia diperkirakan tercatat di bawah 1 persen pada 2025, sementara ekonomi Spanyol diprediksi akan tumbuh 2,6 persen pada 2025 dan 2,1 persen pada 2026.
Inflasi diperkirakan akan tetap lebih tinggi dari yang telah diantisipasi sebelumnya, kendati masih mengalami penurunan seiring melemahnya pertumbuhan ekonomi. Di ekonomi-ekonomi G20, inflasi umum (headline inflation) diproyeksikan menurun dari 3,8 persen pada 2025 menjadi 3,2 persen pada 2026. Di area mata uang euro, inflasi diprediksi merosot dari 2,3 persen pada 2024 menjadi 2,2 persen pada 2025 dan 2 persen pada 2026. Namun di AS, inflasi diperkirakan meningkat dari 2,5 persen pada 2024 menjadi 2,8 persen pada 2025.

Inflasi inti (core inflation) di lebih dari separuh ekonomi maju G20, termasuk AS, diproyeksikan tetap berada di atas target bank sentral pada 2025 dan 2026.
OECD memperingatkan bahwa kenaikan kembali inflasi atau pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan berpotensi menyebabkan volatilitas pasar keuangan. Organisasi itu juga memperingatkan bahwa langkah-langkah tarif bilateral baru dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan geopolitik akan membebani investasi bisnis dan perdagangan, sementara peningkatan biaya perdagangan dapat mendorong kenaikan lanjutan pada harga konsumen.
Untuk mengurangi dampak negatif dari tarif perdagangan, OECD mengimbau bank sentral untuk tetap waspada dalam mengelola risiko inflasi dan menyerukan reformasi struktural yang ambisius untuk menopang pertumbuhan ekonomi. “Meningkatnya proteksionisme, ketidakpastian geopolitik, dan prospek pertumbuhan yang lemah menekankan perlunya reformasi kebijakan struktural ambisius yang menjamin adanya pasar domestik yang sehat,” imbuh OECD.
Laporan: Redaksi