Banner

Univesitas Islam As-Syafi’iyah akan dirikan Museum Genosida Palestina

Seminar internasional tentang Palestina bertema ‘Al-Aqsa: Simbol Perlawanan dan Identitas Perjuangan Palestina Melawan Imperialisme’, di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syaffiiyah (UIA), Jakarta Timur, Rabu (15/5/202). (Foto; Istimewa)

Museum Genosida Palestina bertujuan untuk mengingatkan masyarakat internasional akan kekejaman dan kebiadaban Israel terhadap rakyat Palestina.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Univesitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) akan mendirikan Museum Genosida Palestina yang bertujuan untuk mengingatkan masyarakat internasional akan kekejaman dan kebiadaban Israel terhadap rakyat Palestina.

Hal tersebut disampaikan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Islam As Syafi’iyah (YAPTA) Prof. DR. H. Dailami Firdaus, pada pembukaan seminar internasional tentang Palestina bertema ‘Al-Aqsa: Simbol Perlawanan dan Identitas Perjuangan Palestina Melawan Imperialisme’, di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syaffiiyah (UIA), Jakarta Timur, Rabu (15/5).

“UIA siap mendirikan Museum Genosida Palestina untuk mengingatkan kita semua betapa kejamnya pembantaian yang dilakukan oleh Israel tehadap rakyat Palestina,” tutur Prof. Dailami yang juga senator RI asal Jakarta ini.

Dia menerangkan, pendirian Museum Genosida Palestina ini tidak hanya sekadar mengingatkan, tetapi juga sebagai bahan kajian (study) untuk membantu rakyat Palestina merebut kemerdekaannya.

Banner

“Melawan penjajah Israel bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina tetapi merupakan perjuangan seluruh Umat Islam untuk merebut kembali kota suci Yerussalem,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur The Baitul Maqdis Institute KH Fahmi Salim Lc. mengatakan bahwa sejauh ini yang dilakukan masyarakat internasional dalam membantu perjuangan rakyat Palestina hanya sebatas aksi demonstrasi, penggalangan dana dan bantuan sosial. “Belum ada dengan kecerdasan intelektual.”

“Nah kami (The Baitul Maqdis Institute-red) ingin melengkapi perjuangan itu dengan perjuangan intelektual. Ingat, saat Salahuddin Al Ayyubi membebaskan Yerussalem, beliau mengatakan bahwa perjuangan itu bukan semata dengan senjata, tetapi melalui perjuangan intelektual oleh Umat Muslim,” tuturnya.

Diskusi dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama bertajuk ‘Baitul Maqdis Dalam Perspektif Keagamaan dan Sosial Budaya’. Dalam sesi ini tampil pembicara, antara lain The Chairman of the MUI for Foreign Relations Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim; wartawan senior Kompas untuk Timur Tengah Dr. Mustafa Abd Rahman; dan Kepala Program Studi Dakwah UIA Prof. Dr. Daud Rasyid.

Sementara sesi kedua bertajuk ‘Rekonstruksi Sektor Pendidikan, Diplomasi, Ekonomi dan Hankam Untuk Pembebasan Palestina.’ Menampilkan pembicara, diataranya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Muhammad Iqbal, PhD; Chair of ASEAN Palestinian Diaspora Ulama, Dr. Ahed Abu Elatta; perwakilan dari Universitas Wahran Aljazair Prof. Dr. Balkhair Tohiri Al-Idrisi; dan Chief of Nuraa Women’s Institute Dr. Nurhayati Ali Assegaf.

Seminar ini melahirkan 11 rekomendasi, yakni:

Banner
  1. Mengerahkan kekuatan militer terutama oleh negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) atau negara-negara lainnya untuk menghadapi Israel. Kekuatan militer juga bisa dilakukan dengan pengiriman pasukan melalui mekanisme keputusan PBB. Sebab Israel sudah tidak lagi mematuhi desakan global dan hukum internasional untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Gaza.
  2. Memboikot produk-produk Israel dan perusahaan lain yang terafiliasi dengan Israel untuk terus diintensifkan baik di negara-negara Muslim maupun negara-negara lain yang saat ini memberikan dukungan kepada Palestina. Gerakan boikot terbukti nyata telah menggoncangkan sendi-sendi ekonomi penjajah dengan banyaknya gerai-gerai bisnis mereka yang tutup, sehingga perusahaan-perusahaan pendukung penjajahan mengalami kerugian.
  3. Melakukan tekanan publik lebih intensif terhadap rezim zionis dan aliansi pendukungnya agar mereka segera menghentikan genosida di Palestina. Hal ini sebagaimana telah ditunjukkan oleh civitas akademika di Amerika, Eropa, Australia dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Koalisi besar kampus-kampus dan pusat pendidikan perlu dibangun bersama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat sipil lainnya.
  4. Memperkuat politik dan diplomasi untuk memperlemah posisi Israel dan Amerika Serikat secara global sehingga tidak ada pilihan kecuali gencatan senjata secara permanen, ditarik mundurnya IOF (Israel Offensive Force), penghentian genosida, dan kemerdekaan Palestina. Dukungan 143 negara anggota PBB terhadap Palestina supaya menjadi anggota tetap PBB (bukan lagi pengamat) adalah langkah politik-diplomatik yang sangat penting dan perlu ditindak lanjuti di Dewan Keamanan PBB.
  5. Mendukung penegakan hukum internasional sehingga advisory opinion yang sudah dilakukan di mahkamah internasional ICJ (International Court of Justice) meyakinkan PBB untuk memutuskan bahwa Israel benar-benar melakukan okupasi dan genosida. Kemudian, Indonesia dan negara-negara lain perlu memberikan dukungan atas inisiatif penangkapan terhadap Benyamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya yang berada di balik Genosida di Palestina.
  6. Membangun gerakan literasi tentang perjuangan Palestina dan kejahatan Israel terutama di kampus-kampus dan pusat-pusat pendidikan di Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan pengetahuan dan kepedulian generasi muda tentang dan terhadap Palestina dan Masjid Al-Aqso sebagai simbol sentral perjuangannya semakin baik, dari aspek sejarah, ideologi dan politik.
  7. Memasukkan kurikulum Baitul Maqdis di kampus-kampus dan pondok-pondok pesantren di Indonesia yang memiliki program studi kajian Islam, sejarah, sosial dan politik, hukum, serta program-program studi terkait agar mahasiswa, para pemuda, dan civitas akademika memahami pentingnya arti kiblat pertama bagi Umat Islam ini dan terlibat aktif dalam perjuangan pembebasan Palestina.
  8. Mengenalkan, mendorong dan memprakarsai berdirinya Pusat Studi Baitul Maqdis atau Baitul Maqdis Corner di universitas-universitas Islam baik negeri maupun swasta di Indonesia sebagai sumbangsih nyata pembumian proyek utama umat Islam dunia, yakni kemerdekaan Palestina dan pembebasan Baitul Maqdis dari segala bentuk penjajahan dan kezaliman.
  9. Mengintegrasikan ilmu Baitul Maqdis ke dalam upaya penyelesaian diplomasi dan militer masalah Palestina dimulai dari tingkat masyarakat sipil hingga pemerintahan di negara-negara Muslim dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan Al-Aqsha di forum-forum nasional dan internasional.
  10. Menekankan pentingnya koordinasi nasional untuk menggalang kontribusi masyarakat muslim Indonesia dan ormas Islam Indonesia dalam proses rekonstruksi Gaza pascaperang dalam sektor pembangunan rumah ibadah, sektor pendidikan, dan sektor kesehatan serta rehabilitasi korban perang.
  11. Mendukung inisiatif pembangunan Museum Genosida Bangsa Palestina oleh Zionisme Israel di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, anggota OKI, G-20, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN yang berpengaruh di dunia internasional.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan