Banner

Minyak Rusia jatuh, Arab Saudi kembali jadi pemasok utama di China

Ladang Safaniya milik Aramco Arab Saudi ditemukan pada tahun 1951 dan merupakan ladang minyak lepas pantai terbesar di dunia. (Aramco)

Jakarta (Indonesia Window) – Arab Saudi mendapatkan kembali posisinya sebagai pemasok minyak mentah utama China dalam dua bulan pertama 2022, setelah dilompati oleh Rusia pada Desember. Sementara itu, pengiriman Rusia turun 9,0 persen karena pemotongan kuota impor menyebabkan penyulingan independen mengurangi pembelian.

Kedatangan minyak mentah Saudi mencapai 14,61 juta ton pada Januari-Februari, setara dengan 1,81 juta barel per hari (bph), turun dari 1,86 juta barel per hari setahun sebelumnya, sebut data dari Administrasi Umum Kepabeanan menunjukkan pada Ahad (20/3).

Impor dari Rusia mencapai 12,67 juta ton dalam dua bulan atau 1,57 juta barel per hari. Itu dibandingkan dengan 1,72 juta barel per hari pada periode 2021.

Permintaan minyak mentah ESPO andalan Rusia dari kilang-kilang independen China yang dikenal sebagai ‘teko’, terpukul oleh tindakan keras Beijing terhadap penghindaran pajak dan perdagangan ilegal kuota impor.

Pemerintah juga memotong batch pertama dari tunjangan impor minyak mentah 2022 ke ‘teko’, yang bertujuan untuk menghilangkan kapasitas penyulingan yang tidak efisien.

Banner

Impor dari Rusia bisa jatuh pada Maret karena pembeli di seluruh dunia menghindari kargonya setelah krisis Ukraina yang semakin intensif. Tetapi Reuters melaporkan bahwa produsen Rusia Surgutneftegaz bekerja dengan China untuk melewati sanksi Barat dan mempertahankan penjualan minyak.

Data bea cukai pada Ahad (20/3) menunjukkan bahwa 259.937 ton minyak mentah Iran tiba di China pada Januari, sekitar tingkat yang sama seperti pada Desember 2021. Ini impor pertama yang dicatat oleh data resmi China sejak Desember 2020.

Pengiriman itu dilakukan ketika Teheran dan negara-negara Barat mengadakan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, menunjuk pada kemungkinan pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Tidak ada kargo Iran yang dicatat oleh bea cukai China pada Februari.

Data resmi China juga menunjukkan tidak ada impor dari Venezuela, yang juga berada di bawah sanksi AS, pada Januari dan Februari.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan