Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik moderat pada akhir perdagangan Rabu (27/4) atau Kamis pagi WIB, karena kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang ketatnya pasokan di seluruh dunia, terutama penarikan lain dalam persediaan sulingan dan bensin AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni menguat 33 sen menjadi menetap di 105,32 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni terangkat 32 sen menjadi ditutup pada 102,02 dolar AS per barel.

Pasar rebound di akhir sesi setelah kehilangan kekuatan hampir sepanjang hari, sebagian disebabkan penguatan dolar dan karena China bergulat dengan wabah virus corona baru yang melemahkan permintaan.

Sementara itu, langkah Rusia untuk menghentikan pengiriman gas ke dua negara Eropa menambah kekhawatiran keseluruhan tentang pasokan energi yang ketat.

Banner

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan stok minyak mentah naik hanya 692.000 barel pekan lalu, jauh dari ekspektasi, sementara persediaan distilat, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, turun ke level terendah sejak Mei 2008.

Penurunan stok sulingan membantu mendorong minyak pemanas berjangka AS ke rekor penutupan sepanjang masa di lebih dari 4,67 dolar AS per galon. Pabrik penyulingan memproses minyak mentah menjadi solar, bahan bakar jet dan produk lainnya, dan penyulingan AS telah berjalan dengan kecepatan tinggi untuk memenuhi permintaan, terutama di Eropa yang merupakan pengguna besar bahan bakar diesel.

Pasar energi di seluruh dunia menghadapi gangguan besar-besaran untuk pasokan menyusul invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi berikutnya yang dijatuhkan atas Moskow oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Shell Inggris mengatakan tidak akan lagi menerima minyak sulingan yang dicampur dengan produk Rusia, menurut dokumen perdagangan, sementara Exxon Mobil mengatakan telah menyatakan force majeure pada operasi Sakhalin-1 di timur jauh bagian dari Rusia.

Pekan ini, Moskow meningkatkan penggunaan energinya sebagai gada terhadap negara-negara yang menentang invasi. Raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan pada Rabu (27/4) bahwa pihaknya menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia.

“Rusia menginginkan pembayaran dalam rubel untuk gas, dan ketakutannya adalah bahwa tidak lama lagi mereka mungkin ingin melakukan hal yang sama dengan minyak,” kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad.

Banner

Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Rusia menggunakan bahan bakar fosil untuk memeras Uni Eropa tetapi menambahkan era bahan bakar fosil Rusia di Eropa akan segera berakhir.

Pasar pada hari sebelumnya telah ditekan oleh reli dolar, yang mencapai level tertinggi lima tahun. Karena sebagian besar perdagangan minyak dilakukan dalam dolar, kenaikan greenback membuat pembelian minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Bank Sentral China mengatakan akan meningkatkan dukungan kebijakan moneter ketika Beijing berlomba untuk membasmi wabah COVID-19 yang baru muncul di ibu kota dan mencegah jenis penguncian seluruh kota yang melemahkan Shanghai selama sebulan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan