Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah para pemimpin Uni Eropa menyetujui larangan parsial dan bertahap terhadap minyak Rusia, sementara China mengakhiri penguncian COVID-19 di Shanghai.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 78 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 116,38 dolar AS per barel pada pukul 00.37 GMT.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juli naik 63 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 115,30 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan itu mengakhiri Mei dengan angka lebih tinggi, menandai kenaikan harga selama enam bulan berturut-turut.

Para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat pada Senin (30/5) untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, yang merupakan sanksi terberat blok itu terhadap Moskow sejak invasi ke Ukraina tiga bulan lalu, yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus”.

Setelah sepenuhnya diadopsi, sanksi terhadap minyak mentah akan bertahap dalam lebih dari enam bulan dan pada produk olahan selama delapan bulan. Namun, embargo mengecualikan aliran minyak melalui pipa dari Rusia sebagai konsesi ke Hongaria.

“Namun, dengan Jerman dan Polandia telah mengkonfirmasi bahwa mereka tidak akan membeli minyak Rusia melalui pipa atau laut, efek totalnya adalah memotong 90 persen dari penjualan minyak mentah Rusia ke Uni Eropa pada akhir tahun,” kata analis dari ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Di China, penguncian COVID-19 di Shanghai berakhir pada tengah malam atau Rabu dini hari setelah berlangsung dua bulan, mendorong ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih kuat dari negara tersebut.

Namun laporan bahwa beberapa produsen sedang menjajaki gagasan untuk menangguhkan partisipasi Rusia dalam kesepakatan produksi OPEC+ telah membatasi kenaikan harga minyak.

Meskipun tidak ada dorongan formal bagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memompa lebih banyak minyak guna menebus potensi kekurangan Rusia, beberapa anggota Teluk telah mulai merencanakan peningkatan produksi dalam beberapa bulan ke depan, Wall Street Journal melaporkan, mengutip delegasi OPEC.

“Antisipasi lebih banyak pasokan yang menghantam pasar, bahkan setelah menghentikan Rusia, dapat memicu sebagian dari aksi jual karena minyak menghentikan kenaikan pasca-embargo Uni Eropa,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan.

Produksi minyak mentah AS naik pada Maret lebih dari 3,0 persen ke level tertinggi sejak November, menurut laporan bulanan dari Badan Informasi Energi AS pada Selasa (31/5).

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan