Banner

Sekjen PBB: Pemimpin dunia harus akhiri siklus pemanasan global mematikan pada COP28

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres berpidato dalam sebuah konferensi pers di markas besar PBB di New York pada 6 November 2023. (Xinhua/Xie E)

Luas es laut Antarktika saat ini 1,5 juta kilometer persegi di bawah rata-rata untuk musim ini, setara dengan total kumulatif luas daratan Portugal, Spanyol, Prancis, dan Jerman.

 

PBB (Xinhua) – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (27/11) menekankan bahwa para pemimpin dunia yang menghadiri konferensi iklim COP28 pekan ini perlu menghentikan laju pemanasan global yang berbahaya sebelum “titik kritis” tercapai.

Sekjen PBB tersebut berbicara di hadapan para wartawan di markas besar PBB di New York setelah pada akhir pekan lalu menyaksikan sendiri bagaimana es di Antarktika mencair dengan kecepatan yang “sangat mengejutkan,” yakni tiga kali lebih cepat dibanding pada awal 1990-an.

COP28, yang merujuk pada sesi ke-28 Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, dijadwalkan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, mulai 30 November hingga 12 Desember.

Data terbaru menunjukkan bahwa luas es laut di Kutub Selatan saat ini 1,5 juta kilometer persegi di bawah rata-rata untuk musim ini, setara dengan total kumulatif luas daratan Portugal, Spanyol, Prancis, dan Jerman.

“Apa yang terjadi di Antarktika tidak bisa dibiarkan,” kata Guterres. “Kita hidup di dunia yang saling terhubung. Mencairnya es laut berarti permukaan air laut juga naik. Dan itu secara langsung mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat pesisir di seluruh dunia.”

Dia mengatakan bahwa konsekuensi tersebut melebihi dampak banjir dan intrusi air laut terhadap sumber daya pangan dan air, memengaruhi keberlanjutan pulau-pulau kecil dan banyak kota pesisir di seluruh dunia.

“Pergerakan air di sekitar Antarktika mendistribusikan panas, nutrisi, dan karbon ke seluruh dunia, membantu mengatur iklim dan pola cuaca regional,” katanya kepada koresponden di luar Dewan Keamanan PBB.

“Namun, sistem itu melambat seiring bagian selatan Samudra (Antarktika) menjadi lebih hangat dan tidak terlalu padat lagi. Perlambatan lebih lanjut, atau bahkan kemandekan total, akan menjadi bencana.”

Dengan tidak adanya pengurangan dalam hal ekstraksi bahan bakar fosil, “kita akan mengalami kenaikan suhu sebesar 3 derajat Celsius pada akhir abad ini,” katanya memperingatkan.

“Jika kita terus seperti ini, dan saya sangat berharap itu tidak terjadi, lapisan es di Greenland dan Antarktika Barat akan melewati titik kritis yang mematikan,” katanya.

Siklus berbahaya tersebut ditandai dengan percepatan pemanasan karena berkurangnya es dan cuaca yang lebih ekstrem, kata sekjen PBB itu.

Di COP28, “para pemimpin harus mengakhiri siklus ini,” ujar Guterres.

“Solusinya sudah sangat jelas. Para pemimpin harus bertindak untuk membatasi kenaikan suhu global di angka 1,5 derajat Celsius, melindungi masyarakat dari kekacauan iklim, dan mengakhiri era bahan bakar fosil.”

Hal itu hanya bisa dicapai dengan perjanjian global untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat, meningkatkan efisiensi energi sebanyak dua kali lipat, dan akses ke energi bersih bagi semua orang per 2030, ujarnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan