Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan dua spesies baru anggrek, Dendrobium nagataksaka dan Eulophia lagaligo, demikian laporan dari situs jejaring LIPI yang dikutip di Jakarta, Senin.

Dendrobium nagataksaka merupakan anggrek epifit yang tumbuh menempel di permukaan batang pepohonan.

Banner

“Spesies baru ini berasal dari kawasan hutan dataran rendah di Provinsi Papua Barat,” jelas Destario Metusala, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi, Jawa Tengah.

Dia menjelaskan genus Dendrobium adalah salah satu kelompok anggrek yang memiliki bentuk bunga yang unik dan menjadi komoditas bunga hias yang sangat digemari.

“Spesies baru ini memiliki keunikan bentuk kuntum bunga dengan petal tegak seperti tanduk dan bibir bunga yang menjulur panjang menyerupai bentuk kepala seekor naga,” jelasnya.

Banner

Ciri tersebut menjadikan spesies baru ini dinamaka nagataksaka yang berasal dari nama Taksaka, makhluk mitologi berwujud naga dalam epos Mahabharata.

Eulophia lagaligo

Sementara itu, Eulophia lagaligo sebenarnya pernah ditemukan sebelumnya oleh taksonom C.L. Blume pada tahun 1859 berdasarkan spesimen dari Pulau Timor dengan nama Eulophia bicolor.

Banner

Namun belakangan nama spesies tersebut tidak diterima karena  telah digunakan sebelumnya oleh taksonom N. A Danzell pada 1851 untuk spesies yang berbeda.

“Dalam kajian taksonomi, sebuah nama spesies hanya boleh digunakan satu kali untuk sebuah taksa. Selain itu, selama ini Blume menganggap anggrek Eulophia bicolor merupakan spesies yang sama dengan Eulophia nuda karena kemiripannya,” terang Destario.

LIPI temukan dua spesies baru anggrek dari Papua dan Sulawesi
Eulophia lagaligo. (LIPI)

Pada 2008, Destario bersama tim dari Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI menemukan spesimen anggrek dari genus Eulophia di Sulawesi Selatan.

Banner

Setelah dilakukan penelitian yang mendalam, Destario berhasil membuktikan Eulophia bicolor berbeda dengan Eulophia nuda.

“Karena nama Eulophia bicolor sudah dipakai, kami memberi nama Eulophia lagaligo untuk spesies baru tersebut,” jelasnya.

Epitet “lagaligo” diambil dari nama “La Galigo”, yaitu sebuah karya sastra warisan dunia asal Bugis, Sulawesi Selatan yang  dibuat sekitar abad ke-14.

Banner

Menurut Destario, spesies baru Eulophia lagaligo memiliki kemiripan dengan Eulophia nuda.

Eulophia lagaligo memiliki perbungaan tegak dengan 5-14 kuntum bunga yang mekar hampir serentak. Bunganya yang berwarna kehijauan memiliki lebar 2,2-2,8 cm dengan perhiasan bunga tidak membuka secara penuh.

“Bibir bunganya yang kehijauan memiliki corak keunguan hingga merah muda di bagian tengahnya,” jelas Destario.

Banner

Selain di Sulawesi Selatan, Eulophia lagaligo juga tumbuh alami di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.

“Spesies ini dapat tumbuh baik di dataran rendah di ketinggian antara 100 sampai 600 meter di atas permukaan laut,” katanya.

Deskripsi spesies baru anggrek tersebut telah diterbitkan pada September 2019di jurnal ilmiah internasional Phytotaxa.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan