Bekasi, Jawa Barat (Indonesia Window) – Kecelakaan ledakan tanker yang menewaskan 99 orang di Freetown, ibu kota Sierre Leon memberikan tantangan besar bagi layanan kesehatan yang sudah mengalami krisis karena kekurangan dana selama bertahun-tahun.

Epidemi Ebola selama 2014-2016 memusnahkan jajaran staf medis di negara Afrika bagian barat tersebut, 250 di antaranya meninggal, dan sistem kesehatannya belum pulih.

Rumah Sakit Connaught kewalahan dengan masuknya pasien. Beberapa korban luka dipindahkan ke lokasi lain, termasuk rumah sakit militer, kata Swaray Lengor, seorang manajer program di Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

“Situasi di rumah sakit, terutama rumah sakit Connaught, luar biasa. Bahan medis habis pakai dan kapasitas tempat tidur tidak memadai,” kata Lengor kepada Reuters melalui pesan teks. “Mitra LSM diminta untuk mendukung dengan peralatan, komoditas medis, dan makanan.”

Jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat, katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mengirim pasokan dan mengerahkan spesialis luka bakar.

“Kami akan memberikan lebih banyak dukungan yang diperlukan pada saat yang mengerikan ini bagi rakyat Sierra Leone,” katanya di Twitter.

Kecelakaan truk tangki di Afrika Sub-Sahara sebelumnya telah menewaskan puluhan orang yang berkumpul di lokasi kejadian untuk mengumpulkan bahan bakar yang tumpah dan terkena ledakan sekunder.

Pada 2019, ledakan kapal tanker di Tanzania menewaskan 85 orang, sementara sekitar 50 orang tewas dalam bencana serupa di Republik Demokratik Kongo pada 2018.

“Simpati saya yang mendalam dengan keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dan mereka yang menjadi cacat sebagai akibatnya,” kata Presiden Julius Maada Bio di Twitter. “Pemerintah saya akan melakukan segalanya untuk mendukung keluarga yang terkena dampak.”

Sumber: Reuters

Laporan: Raihana Radhwa

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan