Banner

Studi: Perubahan iklim percepat krisis kemanusiaan pada 2023

Perubahan iklim berdampak pada ternak, banyak warga terpaksa mengungsi di wilayah Tanduk Afrika. (Afrika)

Krisis kemanusiaan pada 2023 akan lebih cepat terjadi akibat perubahan iklim, meskipun faktanya, 20 negara yang rentan, seperti Haiti dan Afghanistan, hanya berkontribusi 2 persen terhadap emisi CO2 global.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Perubahan iklim akan mempercepat krisis kemanusiaan di seluruh dunia pada tahun 2023, menambah masalah yang ditimbulkan oleh konflik bersenjata dan penurunan ekonomi, menurut sebuah studi terbaru oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Komite Penyelamatan Internasional (International Rescue Committee/IRC)

Badan tersebut, yang berbasis di New York, AS, dan dipimpin oleh mantan politisi Inggris David Miliband, menunjukkan bahwa jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan telah meroket dalam dekade terakhir, mendekati 339,2 juta dibandingkan 81 juta pada tahun 2014.

Perubahan iklim adalah salah satu faktor utama yang mempercepat keadaan darurat kemanusiaan, IRC mencatat, terlepas dari fakta bahwa 20 negara dalam daftar pantauan daruratnya – seperti Haiti dan Afghanistan – hanya berkontribusi 2 persen terhadap emisi CO2 global.

“Tahun 2022 telah menunjukkan bahwa peran perubahan iklim dalam mempercepat krisis kemanusiaan global tidak dapat disangkal,” catat laporan tersebut.

Laporan itu menunjuk pada rekor periode hujan yang panjang, yang telah “membawa bencana kerawanan pangan ke Somalia dan Ethiopia,” dan menewaskan ribuan orang di Pakistan.

IRC juga menegaskan perlunya lebih banyak “berinvestasi secara proaktif dalam pencegahan dan mitigasi perubahan iklim.”

Sementara itu, kerawanan pangan sudah merajalela karena meningkatnya konflik serta krisis ekonomi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina dan pandemik virus corona, katanya.

Selain itu, kesenjangan antara kebutuhan kemanusiaan dan pembiayaannya telah berkembang menjadi defisit global sebesar 27 miliar dolar AS per November 2022.

“Para donor gagal merespons secara proporsional,” kata laporan itu. “Hasilnya adalah masyarakat yang terkena dampak krisis tidak dapat mengakses layanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, pulih, dan membangun kembali.”

Studi tersebut, berjudul ‘Emergency Watchlist 2023’ atau ‘Daftar Pantauan Darurat 2023’, juga menyoroti bahwa jumlah orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka telah meningkat menjadi lebih dari 100 juta hari ini, naik dari 60 juta pada tahun 2014, dengan Venezuela di antara yang terbesar.

*1 dolar AS = 15.599 rupiah

Sumber: Reuters; Al Arabiya English

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan