Banner

Warga Gaza siapkan makanan gratis untuk pengungsi dan warga miskin di tengah krisis

Seorang sukarelawan menyiapkan roti untuk para pengungsi Palestina di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 11 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah seiring berlanjutnya konflik, ditambah dengan langkah-langkah hukuman yang diberlakukan oleh Israel, termasuk pengepungan terhadap daerah kantong tersebut, dengan pasokan air, listrik, bahan bakar, dan berbagai kebutuhan lainnya diputus.

 

Gaza, Palestina (Xinhua) – Setiap hari saat matahari terbit, Mohammed Tafish (50), seorang pria Palestina dari daerah al-Zaitoun di sebelah timur Gaza City, bergabung dengan puluhan tetangganya dan memasak makanan gratis untuk para pengungsi di daerahnya.

Ayah enam anak itu mengatakan kepada Xinhua bahwa krisis elpiji membuat dia dan para tetangganya terpaksa menggunakan sekitar 20 alat masak besar yang dipanaskan menggunakan tungku kayu bakar di trotoar untuk menyiapkan berbagai jenis makanan.

“Kami sudah terbiasa memasak di tengah suara ledakan besar yang disebabkan oleh baku tembak antara tentara Israel dan militan Palestina,” ungkap pria paruh baya itu.

“Kami terlibat dalam pertempuran ini sebagai pihak yang tidak bersalah. Kami menghadapi kematian, baik karena serangan Israel atau karena kelaparan di tengah situasi yang mengerikan ini,” keluh Tafish.

Banner

“Seluruh penduduk, kaya atau miskin, mengalami hal yang sama. Tidak ada yang bisa membeli makanan karena pasar telah kehabisan stok. Bahkan mereka yang telah menyimpan bahan makanan juga tidak memiliki gas untuk memasaknya,” ujarnya.

Itulah mengapa Tafish dan para tetangganya memutuskan untuk bertindak dengan memasak makanan demi memberi makan para pengungsi sebagai upaya untuk saling mendukung agar dapat bertahan di tengah krisis saat ini.

Setiap hari, dia menyediakan makanan untuk sekitar 4.000 keluarga, masing-masing dengan rata-rata tujuh anggota.

Krisis kemanusiaan di Gaza
Para sukarelawan menyiapkan roti untuk warga Palestina yang mengungsi di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 11 November 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

“Ini bukan hanya tentang memasak makanan untuk keluarga miskin, tetapi juga tentang memperkuat solidaritas di antara masyarakat yang hidup dalam krisis yang sama,” tegasnya.

Dengan semangat yang sama, Mohammed Abu Rujaila (45), bersama dengan 10 temannya, memasak makanan untuk lebih dari 3.000 keluarga pengungsi di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan.

“Orang-orang yang melarikan diri dari kematian tidak dapat membawa apa pun. Mereka tidak punya uang, pakaian, dan bahkan makanan yang cukup untuk bertahan hidup selama beberapa hari,” kata ayah tujuh anak itu kepada Xinhua.

Banner

Dia menekankan bahwa dalam serangan Israel yang tak pandang bulu, “rakyat Palestina, yang memiliki solidaritas sosial tinggi, dengan cepat mengulurkan tangan saling membantu.”

Krisis kemanusiaan di Gaza
Rombongan warga Palestina terlihat dalam perjalanan dari Gaza City ke arah selatan di Jalur Gaza tengah pada 10 November 2023. (Xinhua/Yasser Qudih)

Di Rafah, Ahmed Al-Shaer (39) membantu 20 orang lainnya untuk memasak sekitar 10.000 paket makanan per hari bagi keluarga-keluarga yang miskin dan tidak memiliki tempat tinggal di kota tersebut guna membantu mereka bertahan melewati malapetaka ini.

Sejak 7 Oktober, konflik berdarah antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) telah berkecamuk tanpa henti di Gaza selama lebih dari satu bulan, menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina di daerah kantong pesisir tersebut dan sekitar 1.200 orang di Israel.

Selain serangan udara dan operasi darat besar-besaran, Israel juga memberlakukan langkah-langkah hukuman, termasuk pengepungan terhadap daerah kantong tersebut, dengan pasokan air, listrik, bahan bakar, dan berbagai kebutuhan lainnya diputus.

Penduduk Gaza, termasuk Tafish, Abu Rujaila, dan Al-Shaer, seluruhnya bergantung pada dana yang disediakan oleh para pengusaha lokal, para pengungsi yang memiliki uang tetapi tidak dapat membeli makanan, dan para donatur dari luar Gaza.

Warga Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan di sebuah dapur amal darurat di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 9 November 2023. (Xinhua/Khaled Omar)

Namun, terlepas dari solidaritas di antara penduduk setempat, krisis kemanusiaan yang menyelimuti daerah kantong tersebut semakin parah seiring berlanjutnya konflik. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pekan lalu mengatakan bahwa meski sejumlah bantuan penyelamat nyawa sudah masuk ke Gaza dari Mesir melalui perlintasan Rafah, “setetes bantuan ini tidak dapat memenuhi lautan kebutuhan.”

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan