Kota Shenzhen di China selatan yang menjadi pusat hutan bukau internasional pertama di dunia memiliki areal hutan bakau seluas 213,62 hektare, membentang sejauh 9 kilometer di pesisir kota itu, ibarat Tembok Besar Hijau yang melindungi Shenzhen.
Shenzhen, China (Xinhua) – Seiring resmi digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (G20) ke-17 di Bali sejak 15 November, pemandangan pulau dewata yang indah nan permai pun turut memukau para tamu kehormatan. Hutan bakau di Bali yang terlindung dengan baik tak pelak menjadi salah satu sorotan dunia.
Seperti yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia, China juga sangat mementingkan konservasi dan perlindungan hutan bakau, yang dijuluki sebagai ‘penjaga pesisir, surga bagi burung-burung, lumbung ikan dan udang’ di negara tersebut.
Pada Pertemuan ke-14 Konferensi Para Pihak Penanda Tangan Konvensi Ramsar tentang Lahan Basah (14th Meeting of the Conference of the Contracting Parties to the Ramsar Convention on Wetlands/COP14) yang baru digelar di Wuhan (China) dan Jenewa (Swiss), keputusan untuk mendirikan pusat hutan bakau internasional yang diprakarsai China disetujui. Dengan demikian, pusat hutan bukau internasional yang pertama di dunia akan diresmikan di Kota Shenzhen, China selatan, di mana pohon bakau menjadi lambang kota tersebut.
Saat ini, Kota Shenzhen memiliki areal hutan bakau seluas 213,62 hektare, membentang sejauh 9 kilometer di pesisir kota itu, ibarat Tembok Besar Hijau yang melindungi Shenzhen.
Berkat sejumlah aksi pelestarian yang dilakukan China, luas hutan bakau di seluruh negara tersebut meningkat hampir 5.000 hektare dalam 20 tahun terakhir, menjadikan China sebagai salah satu dari beberapa negara yang sukses merealisasikan penambahan luas hutan bakau di seluruh dunia.
Berdasarkan keputusan yang baru disetujui tersebut, China akan meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak lain yang relevan untuk bersama-sama melindungi hutan bakau, yang merupakan habitat utama bagi ratusan spesies yang terancam punah.
Laporan: Redaksi