Jumlah korban meninggal akibat gempa bumi Cianjur bertambah menjadi 272 dan 39 orang masih dinyatakan hilang, hingga hari ke-4 pascabencana.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Jumlah korban meninggal akibat gempa bumi Cianjur bertambah menjadi 272 dan 39 orang masih dinyatakan hilang, ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto.
Dari 39 orang yang hilang, sebanyak 32 orang adalah warga desa Cijendil, Kecamatan Cugenang, Kapupaten Cianjur, sedangkan tujuh lainnya adalah warga yang melintas di sekitar daerah tersebut, kata Suharyanto saat memberi keterangan pers, di Cianjur, Kamis.
Nama dan keluarga dari para korban yang masih hilang tersebut telah teridentifikasi sehingga memudahkan upaya pencarian yang dilakukan secara terus menerus oleh tim SAR gabungan yang jumlahnya mencapai 6.000, ungkapnya.
Proses pencarian dan penyelamatan menghadapi kondisi yang menantang karena medan yang berat, disertai hujan dan longsor, serta reruntuhan rumah dan bangunan yang menggunung. “Tapi secara lambat laun kita bisa menemukan korban yang hilang tersebut,” kata Suharyanto, seraya menambahkan, korban luka berjumlah 2.046 orang dan warga mengungsi sebanyak 62.545 orang.
“Kami mengimbau masyarakat yang anggota keluarganya hilang agar melaporkan ke posko (pos komando), sehingga nama, tempat tinggal, ciri-ciri, umur dan jenis kelaminnya menjadi jelas,” ujar Kepala BNPB.
Dia menambahkan, data tersebut sangat penting sebab dari 272 jenazah yang ditemukan, 107 di antaranya belum bisa diidentifikasi secara jelas.
Suharyanto juga meminta bantuan dari seluruh masyarakat yang anggota keluarganya hilang, dan mereka yang anggota keluarganya meninggal – apakah itu sudah dimakamkan atau dimakamkan oleh petugas – agar segera melengkapi surat pernytaan kematian yang dikeluarkan oleh fasilitas kesehatan setempat.
“Mohon para kepala desa dapat membantu, karena hal ini terkait dengan bantuan dan santunan atau asuransi jiwa,” katanya, seraya menegaskan bahwa surat kematian tersebut sangat diperlukan oleh ahli waris atau anggota keluarga yang selamat.
Mengenai rumah yang rusak, lanjut Kepala BNPB, data dari para kepala desa yang masuk ke tingkat kecamatan menyebutkan, 56.311 rumah rusak. Dari angka itu, 22.267 rumah terkategori rusak berat, 11.836 rusak sedang, dan 22.208 rusak ringan.
“Data tersebut masih akan diverifikasi dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jumlah tersebut bisa berubah,” kata Suharyanto.
“Setelah diverifikasi kita akan segera bangun, supaya masyarakat bisa segera pindah dan tidak lama tinggal di tempat pengungsian,” imbuhnya.
Sementara itu, jumlah infrastruktur yang rusak tercatat 31 sekolah, 124 tempat ibadah, tiga fasilitas kesehatan, dan 13 kantor pemerintahan, yang tersebar di 15 kecamatan yang terdampak gempa bumi.
Proses pencarian dan penyelamatan
Hingga Kamis, kata Suharyanto, tim pencarian dan penyelematan menemukan satu korban meninggal atas nama Ninging berusia 64 tahun.
“Ssementara itu, pendistribusian logistik sudah berjalan lebih baik, karena petugas dari semua kecamatan sudah bisa mengambil logistik, lalu disalurkan ke desa, lalu ke tempat-tempat pengungsian,” kata Kepala BNPB.
Dia menjelaskan bahwa para kepala desa dapat memberikan daftar kebutuhan logistik kepada petugas, sehingga pada pukul 9 pagi (paling lambat) dapat diambil dan langsung didistribusikan kepada warga.
“Proses pendistribusian logistik dilakukan hingga ke tingkat administrasi terkecil, yakni dari RT, RW, kepala desa, camat hingga kabupaten,” jelas Suharyanto.
Dia juga menerangkan, bahwa setiap hari BNPB menggelar pertemuan dan koordinasi dengan para camat dan kepala desa guna membahas semua kegiatan dan memastikan distribusi logistik berjalan baik dan lancar.
“Sejauh ini ada banyak kelompok ormas, pengusaha, dan relawan yang turut membantu. Tercatat ada 333 organisasi, dan 4.674 relawan yang dikonsolidasikan dan ditugaskan untuk kegiatan SAR (search and rescue), distribusi logistik dan penanganan pengungsi, serta pendataan rumah untuk pembangunan kembali,” kata Kepala BNPB.
Laporan: Redaksi