Koordinasi multilateral merupakan kunci untuk mengatasi peningkatan utang, perubahan iklim, transisi ekonomi hijau, kebijakan perdagangan proteksionis, dan gangguan rantai pasokan.
San Francisco, AS (Xinhua) – Koordinasi multilateral merupakan kunci untuk mengatasi peningkatan utang, perubahan iklim, transisi ekonomi hijau, kebijakan perdagangan proteksionis, dan gangguan rantai pasokan, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh forum ekonomi regional Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) pada Ahad (12/11).
“Kita perlu memiliki kerja sama di antara kita semua (karena) dunia ini bersifat global, dan masalah-masalahnya juga bersifat global. Jadi, jika kita bekerja sendiri-sendiri, tidak saling berkoordinasi, akan sulit untuk melakukan banyak hal,” ujar Carlos Kuriyama, Direktur Unit Pendukung Kebijakan APEC kepada Xinhua di sela-sela taklimat pers tentang laporan APEC Regional Trends Analysis.
APEC secara keseluruhan menghadapi berbagai risiko negatif dari inflasi, utang, perubahan iklim, fragmentasi geoekonomi, proteksionisme perdagangan, dan isu-isu geopolitik meski terdapat peluang-peluang positif dari rebound pariwisata, peningkatan konsumsi, dan dukungan fiskal tertarget, menurut laporan tersebut.
Pertumbuhan ekonomi di antara para anggota APEC akan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024 dan 2,9 persen pada 2025 dari 3,3 persen pada 2023, sementara negara-negara lain di dunia diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan 3,1 persen pada 2024 dan 3,6 persen pada 2025, naik dari 2,6 persen tahun ini, menurut laporan itu.
Laporan tersebut mengatakan bahwa perpaduan yang seimbang antara kebijakan-kebijakan pemerintah dan kerja sama multilateral sangatlah penting untuk pemulihan ekonomi. Perpaduan itu meliputi kebijakan moneter yang transparan, kebijakan fiskal tertarget, pendekatan proaktif terhadap penuaan, dan peningkatan kerja sama regional.
APEC merupakan sebuah platform penting yang membantu pencapaian konsensus di bidang-bidang tertentu, kata Kuriyama.
“Di APEC, kami berusaha mengesampingkan isu politik. Kami lebih fokus pada isu-isu ekonomi karena di sektor itulah konsensus lebih mudah didapatkan,” ujar Kuriyama dalam sesi tanya jawab pada taklimat pers tersebut.
Sejumlah pertemuan tingkat tinggi dalam lingkup APEC baru-baru ini bersifat positif dan keterbukaan jalur komunikasi sangatlah penting serta “memberi kita harapan,” sebut Kuriyama.
Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-30 dijadwalkan berlangsung pada 15-17 November di San Francisco setelah sejumlah pertemuan tingkat tinggi.
Laporan: Redaksi