Fokus Berita – Indonesia serahkan keketuaan Komunitas Kelapa kepada Sri Lanka

Kementerian Perdagangan RI menggelar Konferensi Pers Sesi Tahunan ke-59/Pertemuan Tingkat Menteri Komunitas Kelapa Internasional yang berlangsung di Bandar Lampung pada Rabu, 6 Desember 2023. (Kementerian Perdagangan RI)

Komunitas  Kelapa Internasional memerlukan optimalisasi kolaborasi dengan banyak pemangku kepentingan mulai dari hulu hinga hilir, termasuk petani, pengusaha, dan pemerintah.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Keketuaan  Indonesia  pada  Komunitas  Kelapa Internasional (Internasional Coconut Community/ICC) resmi diserahkan kepada Sri Lanka untuk tahun 2024, dalam Sesi Tahunan ke-59/Pertemuan  Tingkat  Menteri  ICC  di  Bandar  Lampung, Provinsi  Lampung,  Rabu  (6/12).

“Misi ICC untuk mengatasi dinamika dan tantangan global memerlukan optimalisasi kolaborasi banyak pemangku kepentingan mulai dari hulu ke hilir, termasuk petani, pengusaha, dan pemerintah sehingga berkontribusi  terhadap  kesejahteraan  petani  dan  pemangku kepentingan  kelapa  serta  memastikan pencapaian  tujuan  pengembangan  kelapa  yang  berkelanjutan,” kata  Direktur   Perundingan   Antar   Kawasan   dan   Organisasi Internasional, Kementerian Perdagangan RI,  Reza  Pahlevi  Chairul, saat menutup acara tersebut.

Untuk  menghadapi  kampanye  negatif terhadap  minyak  kelapa  yang  tercakup  dalam  World  Health  Organization  (WHO)  Trans-Fat  Replace Program,  pertemuan  menyepakati  pernyataan  ICC  untuk  melindungi  reputasi  dan  kualitas  minyak kelapa  sebagai  lemak  yang  sehat, ujar Reza selaku  Alternate  National  Liaison  Officer  dari  Indonesia  untuk  ICC.

“Selama dua hari, kami membahas dan menyepakati   sejumlah   upaya   yang   dapat   dilakukan   negara   anggota   produsen   untuk   terus mengembangkan sektor perkelapaan yang berkelanjutan secara global, berdaya tahan dan inklusif,” ungkap Reza.

Secara umum, negara-negara anggota ICC menghadapi tantangan, seperti tanaman kelapa yang tua dan sudah  tidak  produktif,  serangan  hama dan  penyakit,  serta  dampak  negatif  perubahan  iklim, katanya seraya menambahkan, upaya perbaikan   antara   lain   melalui   pengembangan   benih   unggul   bermutu   dan   tersertifikasi   dengan menggunakan  metode  konvensional  dan  kultur  jaringan  perlu  dilakukan.

“Selain itu, penting untuk mempromosikan diversifikasi produk dan standar mutu yang baik, serta pengembangan produk-produk inovatif yang bernilai tambah dan berdaya saing,” Reza menjelaskan.

Menurut Reza, pertemuan juga menyepakati aksesi Pantai Gading sebagai negara anggota ICC.  Pantai Gading  Pantai Gading yang tercatat sebagai negara ke-21 yang bergabung dalam ICC menjadi  negara  Afrika  kedua  yang  bergabung  dengan  ICC,  setelah  Kenya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICC Jelfina C. Alouw yang turut hadir pada acara tersebut menyatakan bergabungnya Pantai Gading ke ICC juga akan menguntungkan  ICC.  Pasalnya,  negara tersebut   merupakan  salah  satu  ‘tuan  rumah’  bagi International Coconut Gene Banks (ICGSs), khususnya di kawasan Afrika dan Samudera Hindia.

“Aksesi Pantai Gading diharapkan dapat  menciptakan lebih banyak peluang kerja sama penelitian dan pengembangan di berbagai aspek kelapa melalui koleksi plasma nutfahnya,” kata Jelfina.

Indonesia merupakan salah satu  negara  mitra,  termasuk  India,  Sri  Lanka,  Brazil,  dan  Kosta  Rika,  yang  menerima  bibit  dari  pohon kelapa  yang  dilestarikan  di  Pantai  Gading.

“Hal  ini  tentu  saja  dapat  memberikan  dampak  positif  bagi negara-negara anggota ICC dalam meningkatkan posisi tawar di sektor perkelapaan global,” ungkap Jelfina.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Ari Satria meyampaikan, pertemuan tersebut menyepakati usulan penetapan Hari Kelapa  Sedunia  (World  Coconut  Day)  sebagai  bagian  tetap  dari  program  Perserikatan  Bangsa-Bangsa (PBB).

Langkah  ini  dinilai  strategis  untuk  meningkatkan  pemahaman  global  pentingnya  kelapa  dalam kehidupan sehari-hari dan mengapresiasi kontribusi kelapa terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, kata Ari.

“Hasil  pertemuan  ini  mencerminkan  komitmen  kuat  negara-negara  anggota  ICC  untuk  mengatasi tantangan bersama dan memperkuat kolaborasi dengan organisasi dan lembaga internasional terkait,” tambahnya.

Pertemuan  tersebut  tidak  hanya  mencerminkan  kesuksesan  ketuanrumahan  Indonesia,  tetapi  juga menunjukkan   langkah-langkah   strategis   yang   ditempuh   oleh   negara-negara   anggota   ICC   untuk memperkuat posisi industri kelapa secara global.

Pencapaian ini juga menunjukkan komitmen bersama untuk  mencapai  tujuan  pembangunan  berkelanjutan  dan  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat melalui industri kelapa yang berkelanjutan,” pungkas Ari.

Di  bawah  keketuaan Indonesia,  ICC  berhasil  menyepakati komitmen  dalam  mengembangkan  kerjasama  dan tindakan  kolektif  untuk  memecahkan  permasalahan  bersama  dan  memperoleh  manfaat  ekonomi, khususnya dalam produksi, pemasaran,dan penelitian dalam menghadapi tantangan global.

Melengkapi kegiatan Sesi Tahunan ke-59, pada Kamis (7/12) delegasi ICC juga mengunjungi PT Sari Segar   Husada   dan   PT   Agri   Lestari   Nusantara.   Keduanya   merupakan   perusahaan   ternama   yang mendukung praktik dan inovasi berkelanjutan di industri kelapa.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan