Komunitas Kelapa Internasional memerlukan optimalisasi kolaborasi dengan banyak pemangku kepentingan mulai dari hulu hinga hilir, termasuk petani, pengusaha, dan pemerintah.
Jakarta (Indonesia Window) – Keketuaan Indonesia pada Komunitas Kelapa Internasional (Internasional Coconut Community/ICC) resmi diserahkan kepada Sri Lanka untuk tahun 2024, dalam Sesi Tahunan ke-59/Pertemuan Tingkat Menteri ICC di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Rabu (6/12).
“Misi ICC untuk mengatasi dinamika dan tantangan global memerlukan optimalisasi kolaborasi banyak pemangku kepentingan mulai dari hulu ke hilir, termasuk petani, pengusaha, dan pemerintah sehingga berkontribusi terhadap kesejahteraan petani dan pemangku kepentingan kelapa serta memastikan pencapaian tujuan pengembangan kelapa yang berkelanjutan,” kata Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional, Kementerian Perdagangan RI, Reza Pahlevi Chairul, saat menutup acara tersebut.
Untuk menghadapi kampanye negatif terhadap minyak kelapa yang tercakup dalam World Health Organization (WHO) Trans-Fat Replace Program, pertemuan menyepakati pernyataan ICC untuk melindungi reputasi dan kualitas minyak kelapa sebagai lemak yang sehat, ujar Reza selaku Alternate National Liaison Officer dari Indonesia untuk ICC.
“Selama dua hari, kami membahas dan menyepakati sejumlah upaya yang dapat dilakukan negara anggota produsen untuk terus mengembangkan sektor perkelapaan yang berkelanjutan secara global, berdaya tahan dan inklusif,” ungkap Reza.
Secara umum, negara-negara anggota ICC menghadapi tantangan, seperti tanaman kelapa yang tua dan sudah tidak produktif, serangan hama dan penyakit, serta dampak negatif perubahan iklim, katanya seraya menambahkan, upaya perbaikan antara lain melalui pengembangan benih unggul bermutu dan tersertifikasi dengan menggunakan metode konvensional dan kultur jaringan perlu dilakukan.
“Selain itu, penting untuk mempromosikan diversifikasi produk dan standar mutu yang baik, serta pengembangan produk-produk inovatif yang bernilai tambah dan berdaya saing,” Reza menjelaskan.
Menurut Reza, pertemuan juga menyepakati aksesi Pantai Gading sebagai negara anggota ICC. Pantai Gading Pantai Gading yang tercatat sebagai negara ke-21 yang bergabung dalam ICC menjadi negara Afrika kedua yang bergabung dengan ICC, setelah Kenya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICC Jelfina C. Alouw yang turut hadir pada acara tersebut menyatakan bergabungnya Pantai Gading ke ICC juga akan menguntungkan ICC. Pasalnya, negara tersebut merupakan salah satu ‘tuan rumah’ bagi International Coconut Gene Banks (ICGSs), khususnya di kawasan Afrika dan Samudera Hindia.
“Aksesi Pantai Gading diharapkan dapat menciptakan lebih banyak peluang kerja sama penelitian dan pengembangan di berbagai aspek kelapa melalui koleksi plasma nutfahnya,” kata Jelfina.
Indonesia merupakan salah satu negara mitra, termasuk India, Sri Lanka, Brazil, dan Kosta Rika, yang menerima bibit dari pohon kelapa yang dilestarikan di Pantai Gading.
“Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak positif bagi negara-negara anggota ICC dalam meningkatkan posisi tawar di sektor perkelapaan global,” ungkap Jelfina.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Ari Satria meyampaikan, pertemuan tersebut menyepakati usulan penetapan Hari Kelapa Sedunia (World Coconut Day) sebagai bagian tetap dari program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Langkah ini dinilai strategis untuk meningkatkan pemahaman global pentingnya kelapa dalam kehidupan sehari-hari dan mengapresiasi kontribusi kelapa terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, kata Ari.
“Hasil pertemuan ini mencerminkan komitmen kuat negara-negara anggota ICC untuk mengatasi tantangan bersama dan memperkuat kolaborasi dengan organisasi dan lembaga internasional terkait,” tambahnya.
Pertemuan tersebut tidak hanya mencerminkan kesuksesan ketuanrumahan Indonesia, tetapi juga menunjukkan langkah-langkah strategis yang ditempuh oleh negara-negara anggota ICC untuk memperkuat posisi industri kelapa secara global.
Pencapaian ini juga menunjukkan komitmen bersama untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui industri kelapa yang berkelanjutan,” pungkas Ari.
Di bawah keketuaan Indonesia, ICC berhasil menyepakati komitmen dalam mengembangkan kerjasama dan tindakan kolektif untuk memecahkan permasalahan bersama dan memperoleh manfaat ekonomi, khususnya dalam produksi, pemasaran,dan penelitian dalam menghadapi tantangan global.
Melengkapi kegiatan Sesi Tahunan ke-59, pada Kamis (7/12) delegasi ICC juga mengunjungi PT Sari Segar Husada dan PT Agri Lestari Nusantara. Keduanya merupakan perusahaan ternama yang mendukung praktik dan inovasi berkelanjutan di industri kelapa.
Laporan: Redaksi