Garis lintang 0 (nol) derajat pada Tugu Khatulistiwa di ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak, sejak beberapa tahun lalu telah bergeser sebesar 0,03 derajat sepanjang 117 meter ke arah selatan dari tugu tersebut.
Pontianak, Kalimantan Barat (Indonesia Window) – Garis lintang 0 (nol) derajat pada Tugu Khatulistiwa di ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak, sejak beberapa tahun lalu telah bergeser sebesar 0,03 derajat sepanjang 117 meter ke arah selatan dari tugu tersebut.
“Pada tahun 1928 dibangun untuk pertama kali Tugu Khatulistiwa pada garis lintang 0 (nol) derajat. Kemudian beberapa tahun lalu dihitung kembali dengan menggunakan teknik astronomi dan ternyata posisi garis ekuatornya bergeser sebesar 0,03 derajat ke arah selatan,” kata seorang pemandu di tempat wisata bersejarah tersebut kepada Indonesia Window, pekan lalu.
Menurut dia, di posisi garis ekuator nol derajat tersebut telah dibangun tugu berbentuk bola dunia dengan jarak 117 meter dari bangunan tugu sebelumnya, yang kini menjadi tempat wisata andalan Indonesia dan Pontianak khususnya.
Menurut catatan dari pengelola Tugu Khatulistiwa, tugu pertama dibangun pada 1928 berbentuk tonggak dengan tanda panah, dan pada 1930 tugu tersebut disempurnakan dengan bentuk tonggak dengan lingkaran dan tanda panah.
Pada 1938, tugu asli dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh arsitek Silaban. Bangunan tugu yang disempurnakan tersebut terdiri atas empat buah tonggak, masing-masing dengan tinggi 0,30 meter. Tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dari permukaan tanah dan tonggkak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah setinggi 4,40 meter.
Tahun 1990, Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah dan duplikat tugu berukuran lima kali lebih besar dari tugu aslinya.
Duplikat Tugu Khatulistiwa dan kubahnya diresmikan pada 21 September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat Parjoko Suryokusumo (periode pemerintahan 1988-1993).
Saat tengah hari, yaitu setiap tahun pada 21-23 Maret dan 23 September, benda-benda tegak lainnya yang berada di sekitar Tugu Khatulistiwa tidak mempunyai bayangan. Hal tersebut menunjukan bahwa tugu tersebut terletak tepat pada garis lintang 0 (nol) derajat.
Pada setiap tanggal tersebut di Tugu Khatulistiwa diperingati hari kulminasi, yaitu saat matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa.
Seorang warga Kabupaten Kubu Raya, Ardi, menjelaskan bahwa untuk mencapai Tugu Khatulistiwa dari pusat kota, pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor dapat menempuh perjalanan sekitar 12 kilometer selama kurang lebih 25 menit.
Rute tersebut sudah termasuk menyeberangi sungai Kapuas di atas kapal RORO (Roll On, Roll Off) untuk menuju ke Tugu Khatulistiwa, ujarnya.
Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di pulau Kalimantan dan sekaligus yang terpanjang di Indonesia, mencapai 1.143 kilometer.
“Kami menyeberangi sungai Kapuas dengan kapal RORO. Karcis penyeberangan untuk mobil 22.000 rupiah dan sepeda motor 15.000 ribu,” kata Ardi yang terkesan dengan keunikan yang ada di Tugu Khatulistiwa.
Keunikan-keunikan tersebut antara lain cerita lokal tentang telur yang dapat berdiri apabila diletakan di lantai tugu, dan konon bila seseorang yang belum menikah dapat meletakan telur hingga berdiri, dia akan cepat mendapat jodoh, ungkapnya.
Keunikan lain adalah setiap wisatawan yang berkunjung ke Tugu Khatulistiwa mendapat piagam perlintasan garis khatulistiwa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang ditandatangani oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono.
Menurut Ardi, wisatawan tidak dipungut biaya untuk berkunjung ke Tugu Khatulistiwa, dan hanya membayar uang parkir sebesar 3.000 rupiah per kendaraan.
Di kompleks tugu tersebut dibangun toko cenderamata dengan berbagai bentuk seperti kaos bergambar Tugu Khatulistiwa, miniatur tugu tersebut, pakaian lawar khas Pontianak, tenun sultan, batu kecubung, tas manik, baju adat, hiasan mobil, dan mandau (senjata tradisional Kalimantan).
Selain itu, berbagai makanan khas Pontianak juga dijual di dalam kompleks Tugu Khatulistiwa seperti sapo tahu seafood, mie tiaw, lek tau suan, ce hun tiau, pisang goreng, pengkang (lemper isi ebi), chai kue dan es krim.
Laporan: Redaksi