Kerja sama transisi energi terbarukan dapat dilakukan di tiga sektor utama, di antaranya investasi infrastruktur energi terbarukan dan penyimpanan energi, manufaktur dan rantai pasokan teknologi energi terbarukan, serta dekarbonisasi industri.
Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Lembaga wadah pemikir (think tank) Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebut pemerintah Indonesia perlu memperkuat kerja sama dengan China guna mempercepat transisi energi dan membantu mencapai target emisi nol bersih.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyebut Indonesia berada di tahap awal perjalanan transisi energi, dan oleh karenanya membutuhkan banyak dukungan, termasuk dukungan pembiayaan hingga transfer teknologi.
“Kerja sama internasional dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, dan China memiliki potensi untuk menjadi mitra strategis Indonesia,” kata Fabby dalam sebuah diskusi di Jakarta pada awal pekan ini.
Menurutnya, kerja sama dengan China di bidang transisi energi terbarukan dapat dilakukan di tiga sektor utama, di antaranya investasi infrastruktur energi terbarukan dan penyimpanan energi, manufaktur dan rantai pasokan teknologi energi terbarukan, serta dekarbonisasi industri.
Nilai investasi di sektor energi baru terbarukan di Indonesia masih kecil dibandingkan dana yang dibutuhkan untuk mencapai target emisi nol bersih. Di sisi lain, Indonesia dinilai memiliki peluang untuk terus meningkatkan dukungan pembiayaan dari China.
Terkait investasi untuk transisi energi, Wakil Direktur Dewan Eksekutif Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional China (China Center for International Economic Exchanges/CCIEE) Su Wei menyebut kedua negara perlu meningkatkan kelayakan pendanaan proyek serta membangun keahlian keuangan berkelanjutan guna mempercepat penerapan model pembiayaan berkelanjutan.
Laporan: Redaksi