Banner

Kerawanan pangan di Ethiopia meningkat saat konflik dan kekeringan melanda

Foto ini memperlihatkan seorang wanita membawa jeriken di Region Somali, Ethiopia, pada 1 September 2017. (Xinhua/Michael Tewelde)

Kerawanan pangan di Ethiopia meningkat antara Januari hingga Oktober 2022, saat negara di Tanduk Afrika ini mengalami konflik yang menghancurkan antara pasukan sekutu pemerintah dan pasukan yang setia kepada pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (Tigray People’s Liberation Front/TPLF) sejak November 2020.

 

Addis Ababa, Ethiopia (Xinhua) – Kerawanan pangan di Ethiopia meningkat pesat saat konflik pecah di beberapa bagian Ethiopia, sehingga turut memperparah dampak kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memengaruhi wilayah timur dan selatan negara itu, demikian laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan.

Banner

Laporan tersebut, yang dibuat oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture/FAO) bersama Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), adalah laporan dua kali setahun terkait situasi kerawanan pangan akut di negara-negara tempat konflik dan ketidakamanan menjadi pendorong utama kerawanan pangan akut.

Laporan yang dirilis pada Senin (19/12) tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana konflik dan kekerasan berkontribusi terhadap meningkatnya kerawanan pangan di Ethiopia antara Januari hingga Oktober 2022.

Kerawanan pangan di Ethiopia
Foto ini menunjukkan dua orang ibu pulang membawa bantuan pangan di Harores Wereda, Ethiopia tenggara, pada 12 April 2017. (Xinhua/Michael Tewelde)

“Eskalasi konflik baru-baru ini di beberapa bagian Ethiopia utara dan wilayah-wilayah lain, khususnya Benishangul-Gumuz dan Oromia, mendorong peningkatan pesat dalam hal kerawanan pangan, memperparah dampak kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang memengaruhi wilayah timur dan selatan,” kata laporan itu.

Banner

“Situasi di beberapa bagian utara Ethiopia tetap menjadi perhatian tertinggi. Hal ini disebabkan tingginya volatilitas konteks dalam beberapa bulan terakhir dan bertahannya satu atau lebih penyebab kerawanan pangan yang parah,” tambah laporan itu.

Ethiopia mengalami konflik yang menghancurkan antara pasukan sekutu pemerintah dan pasukan yang setia kepada pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (Tigray People’s Liberation Front/TPLF) sejak November 2020, yang menyebabkan ribuan orang tewas dan jutaan lainnya sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Pada 2 November lalu, pemerintah Ethiopia dan TPLF menandatangani perjanjian penghentian permusuhan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama dua tahun itu.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan