Banner

COP15 setujui Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal

Bendera PBB terlihat di luar Montreal Convention Center di Montreal, Kanada, pada 17 Desember 2022. (Xinhua/Zou Zheng)

Kerangka kerja Kunming-Montreal menyerukan agar restorasi diselesaikan atau dilaksanakan pada setidaknya 30 persen daratan yang terdegradasi, perairan pedalaman, dan ekosistem pesisir maupun laut.

 

Montreal, Kanada (Xinhua) – Kesepakatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertujuan mengembalikan keanekaragaman hayati yang hilang dan menempatkan dunia ke jalur pemulihan telah disetujui di Montreal, Kanada, pada Senin (19/12) pagi waktu setempat dalam konferensi keanekaragaman hayati PBB, COP15.

“Paket telah disetujui,” kata Huang Runqiu, Presiden COP15 sekaligus Menteri Ekologi dan Lingkungan China, yang mendeklarasikan hal tersebut dengan mengetuk palu. Sorakan dan tepuk tangan meriah dari para delegasi yang berkumpul terdengar bergema di ruang konferensi.

COP15, yang secara resmi dikenal sebagai pertemuan ke-15 Konferensi Para Pihak Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati, dijadwalkan ditutup pada Senin yang sama setelah hampir dua pekan mengadakan negosiasi. Kesepakatan itu secara resmi dikenal sebagai Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal.

Di bawah kerangka kerja itu, para pemangku kepentingan telah menyepakati isu-isu utama, termasuk tujuan dan target, mobilisasi sumber daya, serta Informasi Urutan Digital (Digital Sequence Information/DSI). Kerangka kerja tersebut mencakup empat tujuan dan 23 target pencapaian per 2030 mendatang.

Banner

Kerangka kerja itu menetapkan target untuk meningkatkan arus keuangan internasional dari negara maju ke negara berkembang, khususnya negara-negara paling tertinggal, negara berkembang berbentuk pulau kecil, dan negara yang perekonomiannya dalam proses transisi, menjadi sedikitnya 20 miliar dolar AS per tahun pada 2025, dan setidaknya menjadi 30 miliar dolar AS per tahun pada 2030.

Kerangka kerja Kunming-Montreal juga menyerukan agar restorasi diselesaikan atau dilaksanakan pada setidaknya 30 persen daratan yang terdegradasi, perairan pedalaman, dan ekosistem pesisir maupun laut.

Setelah empat tahun melakukan berbagai upaya, proses akhirnya berakhir, ujar Huang, seraya menambahkan bahwa paket itu akan memandu upaya-upaya bersama semua pihak untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati dan membalikkannya sehingga dunia bisa berada di jalur pemulihan dan semua umat manusia mendapatkan manfaat.

Menggambarkan kesepakatan ini sebagai hal yang bersejarah, Huang mengatakan bahwa kerangka kerja tersebut melukiskan visi 2050 tentang “hidup selaras dengan alam”.

China saat ini memegang kursi kepresidenan COP15. Negara itu menggelar pertemuan fase pertama di Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, China barat daya, pada 2021. COP15 fase kedua yang digelar di Montreal, Kanada, melanjutkan tema ‘Peradaban Ekologis: Membangun Masa Depan Bersama untuk Semua Kehidupan di Bumi’ (Ecological Civilization: Building a Shared Future for All Life on Earth).

*1 dolar = Rp15.617 rupiah

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan