Oleh: Atabiya Radhwa Sagena Hasyim*
Ada situasi yang kontradiktif saat aku bersama kedua orangtua-ku beberapa waktu lalu mengunjungi Candi Borobudur di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Aku, santri putri Gontor Ngawi, Jawa Timur, bisa mengelilingi candi Buddha terbesar di dunia …., yang berada di Indonesia …., negara dengan penduduk Muslim terbesar sejagat.
Candi Borobudur adalah tempat suci bagi Umat Buddha, namun terbuka bagi masyarakat umum, karena di sekitar kawasan bangunan megah ini ada beberapa tempat menarik lainnya, termasuk dua museum yang menyimpan kekayaan budaya Indonesia.
Kawasan Candi Borobudur sudah buka dari jam 06.30 hingga 17.00. Sayangnya, kami hanya mendapatkan tiket masuk sampai ke pelataran saja, sehingga tidak bisa naik sampai ke puncak candi, karena tiketnya habis. Tiket hingga ke puncak candi harus di-booking secara online melalui website resmi. Untuk wisatawan domestik, harga tiket ini dibandrol seharga 50.000 rupiah dan untuk wisatawan asing sebesar 400.000 rupiah, bahkan bisa mencapai satu juta rupiah.
Area sekeliling Candi Borobudur sangat luas, sehingga pasti sangat melelahkan jika berjalan kaki. Walhasil, aku menyewa sepeda yang disediakan dengan harga 15.000 rupiah per jam.
Saat berkeliling kawasan candi, aku singgah di dua museum. Yang pertama Museum Borobudur. Sesuai dengan namanya, museum ini berisi informasi tentang ‘penemuan’ Candi Borobudur yang pertama kali terungkap oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda periode 1811–1816, Thomas Stamford Raffles.
Museum Borobudur banyak menampilkan foto-foto ‘jadul’, sementara artefak yang dipamerkan, di antaranya berupa pripih atau tempat penyimpanan barang berharga, serta beragam patung. Sayangnya, patung-patung Buddha banyak yang hilang kepalanya. Ada juga yang hilang tangannya, atau kakinya. Kata kurator museum, banyak juga patung dari Candi Borobudur yang dicuri dan dijual ke pasar gelap di luar negeri.
Setelah dari Museum Borobudur, aku singgah di Museum Kapal Samudraraksa. Di sini aku melihat foto-foto pelayaran kapal dari Nusantara menuju China, Arab, bahkan sampai Afrika.
Pelaut-pelaut Nusantara benar-benar jagoan di lautan. Umi-ku menyanyikan lagu ini:
Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak, tiada takut
Menempuh badai, sudah biasa
Aku juga jadi terngiang orangtuaku sering berpesan setiap kali aku menelepon mereka dari pondok. Ngomongnya gini, “Tak akan lahir pelaut ulung di laut yang tenang”. Kalau sudah mendengar pesan ini, aku jadi batal mengeluh beratnya kehidupan di pondok, apalagi sejak jadi mudabbirah (kakak kelas).
Selain dua museum itu, ada kebun pohon pala yang sangat menarik perhatianku. Rupanya buah pala itulah yang terkenal dalam Sumpah Palapa Patih Gajah Mada.
Setelah puas melihat-melihat koleksi museum, aku naik ke tangga candi.
Setiap hari Borobudur selalu ramai dikunjungi wisatawan, termasuk dari mancanegara. Candi Borobudur dipelihara oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) karena masuk dalam daftar warisan dunia (World Heritage).
Semakin dekat melihatnya, Candi Borobudur terlihat semakin ajaib. Situs magelang.go.id menyebutkan bahwa susunan Borobudur mencapai 10 tingkat. Bayangkan saja bangunan hotel sepuluh lantai. Kira-kira seperti itulah.
Dinding dan pagar candi yang dihiasi dengan relief yang indah, mencakup area seluas 2.500 meter persegi, kata UNESCO.
Sementara itu, jumlah patung di candi ini seluruhnya ada 505 buah. Batu-batu penyusun Candi Borobudur besar-besar dan dipahat, menceritakan kehidupan di di abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Kalau sekarang, pahatan-pahatan batu itu seperti posting-an foto Insta kali ya. Haha …
Dari Candi Borobudur, kita juga bisa melihat langsung gunung-gunung di Jawa, termasuk Merbabu, Merapi, Sumbing, dan Bukit Manoreh. Kata orang tuaku, gunung-gunung itu banyak menyimpan cerita legenda.
Siapakah Buddha
Berada di Candi Borobudur, tak mungkin jika tidak ‘kepo’ tentang Buddha. Buddha itu siapa sih? Dewa, tuhan, manusia atau hanya sekadar patung untuk disembah?
Dalam beberapa sumber literatur yang aku baca, Buddha itu adalah orang yang telah mencapai kesempurnaan Buddhisme. Buddhisme itu sendiri adalah agama yang berasal dari Sidharta Gautama. Dari video dokumenter di YouTube yang aku tonton, Sidharta Gautama adalah seorang pangeran yang meninggalkan kehidupan mewah dan istananya yang megah, lalu bertapa di hutan demi membebaskan rakyatnya. Sidharta Gautama punya nama lain, yakni Sikyamuni dan Tathagatha.
Kesimpulan-ku, Buddha itu bukan dewa, atau pun jelmaan dewa. Dia adalah tokoh ‘penemu’ agama Buddha, atau Dhamma, yang menjadi dasar dari agama Buddha.
Buddha itu bukanlah tuhan, sebab dia sendiri tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan. Dia hanyalah guru agung bagi Umat Buddha. Ketika Buddha wafat, umatnya beribadah kepada Buddha hanya untuk mencapai pada Nirwana. Nirwana adalah surga bagi Umat Buddha.
Di wilayah Nusantara masa lampau, ajaran Buddha menyebar sejak abad ke 2 SM sampai 10 M. Meskipun demikian, Indonesia kini dikenal sebagai negeri Muslim karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Agama Islam di Nusantara disebarkan oleh para pedagang Muslim dari India dan Arab. Tokoh-tokoh pendakwah Islam di Nusantara, terutama di Jawa, dikenal sebagai ‘Wali Songo’ atau ‘Sembilan Wali’.
Kata Pak Supir yang membawa kami dari Borobudr ke Terminal Tidar, sekarang ini orang Buddha yang ada di Magelang “hanya 1-2 orang, sedikit sekali”.
Sebuah sumber online yang aku baca menyebutkan, komposisi penduduk Magelang berdasarkan agama secara berurutan dari yang besar adalah, Islam 110.209 (85,71 persen), lalu Protestan 11.166 (8,68 persen), Katolik 6.261 (4,87 persen), dan Buddha 509 (0,4 persen).
Kontradiktif bukan? Candi Buddha terbesar di dunia berdiri tegak di tengah Kota Magelang yang sebagian besar warganya adalah Muslim.
Di dalam buku ‘Kyai Ujang di Negeri Kanguru’ karya Nadirsyah Hosen (2019) disebutkan bahwa beberapa ilmuwan Muslim meyakini Buddha adalah nabi, yaitu Nabi Zulkifli. Ini karena nama Zulkifli ada persamaannya dengan ‘Kapilavastu’, yaitu tempat kelahiran Sidharta Gautama.
Kata ayahku, ada ratusan ribu nabi yang diutus oleh Allah ﷻ ke dunia. Namun, yang wajib dipercayai hanya 25 nabi. Semua nabi mengemban tugas yang sama, yakni mengajak umat manusia untuk menyembah Allah ﷻ.
Yang aku pahami di Gontor, nabi berasal dari kata naba’, artinya penyampai khobar atau pesan tentang keesaan Allah ﷻ.
Jangan-jangan Buddha adalah salah satu dari nabi itu, ya?
Selesai
*Santri kelas 5B di Pondok Pesantren Gontor Putri Ngawi, Jawa Timur; penulis lima buku tunggal.
-
-
Untuk pesan yang saya akan tinggalkan dalam artikel ini ialah, adik bisa menambahkan sedikit refleksi tentang bagaimana pelestarian situs budaya seperti tempat tersebut dapat menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk generasi muda. karena di masa sekarang ini, kita semua tau bahwa sebagai “generasi muda” penerus bangsa kita diharapkan dapat menjaga warisan yang ada. nah dari hal ini bisa menjadi nilai yang inspiratif tentunya.Terima kasih dan Tetap semangat untuk tulisan tulisan berikutnya!.
-
Artikel ini membahas perjalanan pribadi seorang santri Gontor ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, dan mengaitkannya dengan refleksi budaya, sejarah, dan agama. Penulis memberikan perspektif unik tentang salah satu situs warisan dunia dengan memadukan pengalaman pribadi dengan informasi historis dan analisis mendalam. Artikel ini dengan sukses memadukan pengalaman pribadi dengan wawasan budaya dan religius. Fakta bahwa ada kontradiksi tentang harmoni antara mayoritas Muslim dan situs Buddha terbesar di dunia menjadi lebih menarik. Artikel ini informatif dan menginspirasi pembaca untuk melihat Candi Borobudur sebagai simbol kekayaan sejarah dan keberagaman Indonesia, meskipun ada beberapa aspek yang perlu diteliti lebih lanjut.
-
sebenarnya kalimat terkahir saya di comment sebelumnya bersifat opsional, tapi mungkin lebih memberi wawasan lebih kepada pembaca seperti saya contohnya maksud dari aspek yang perlu diperjelas ialah keterkaitan antaragama dan makna candi borobudur bagi masyarakat disana🙏🏼
Selamat malam dari kota Samarinda adik manis, Setelah saya membacanya. saya dapat menilai bahwa kamu adalah penulis yang cukup deskriptif (karna dapat memberikan pemahaman dan memberikan gambaran yang jelas tentang pengalaman di Candi Borobudur, mulai dari harga tiket, penyewaan sepeda, hingga informasi sejarah di museum yang sebenarnya saya juga baru mengetahui nya setelah membaca hahaha.
Adik, semoga cerita tidak berhenti sampai disini saja ya! semoga ada cerita cerita lain dari tempat bersejarah lainnya! penasaran banget! ditunggu….