Ilmuwan China kembangkan katalis produksi propilena yang hemat biaya dan ramah lingkungan

Foto yang diabadikan pada 23 April 2024 ini menunjukkan sebuah instalasi seni yang dipasang di depan venue konferensi sesi keempat Komite Negosiasi Antarpemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee/INC-4) di Ottawa, Kanada. Putaran baru dari negosiasi perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk mengatasi polusi plastik harus membuat progres yang signifikan, kata kepala Program Lingkungan PBB (United Nations Environment Programme/UNEP) pada Selasa (23/4). Sebagai agenda acara PBB, INC-4 diselenggarakan di Ottawa dari 23 hingga 29 April untuk mendorong progres perjanjian global tentang polusi plastik sebelum akhir 2024. (Xinhua/Min Chen)

Katalis ramah lingkungan menunjukkan selektivitas dan stabilitas propilena yang luar biasa, yang dapat mengurangi biaya sebesar 30 hingga 50 persen, serta memastikan konsumsi yang nontoksik dan rendah energi selama persiapan dan penggunaan katalis.

 

Tianjin, China (Xinhua/Indonesia Window) – Tim ilmuwan China berhasil mengembangkan katalis yang hemat biaya dan ramah lingkungan untuk produksi propilena, dengan temuan-temuan yang dipublikasikan sebagai liputan utama di jurnal Science pada Jumat (19/7).

Katalis ini menunjukkan selektivitas dan stabilitas propilena yang luar biasa, yang dapat mengurangi biaya sebesar 30 hingga 50 persen, serta memastikan konsumsi yang nontoksik dan rendah energi selama persiapan dan penggunaan katalis, ungkap tim peneliti dari Energy and Catalysis Adventure Team di Universitas Tianjin.

Propilena merupakan salah satu bahan kimia yang paling banyak diproduksi secara global dan berfungsi sebagai bahan baku utama dalam pembuatan plastik, karet, serat, dan obat-obatan.

Pada 2023, produksi propilena China melebihi 60 juta ton, menyumbang sekitar sepertiga dari output global, dengan nilai total melebihi 600 miliar yuan atau sekitar 84,1 miliar dolar AS.

Di antara berbagai teknologi produksi propilena, dehidrogenasi propana (propane dehydrogenation/PDH) lebih dipilih karena efisiensi ekonominya yang tinggi dan ketergantungannya yang lebih kecil pada minyak bumi. Namun, katalis PDH tradisional sangat bergantung pada platina yang mahal atau kromium oksida yang sangat toksik, sehingga prosesnya memerlukan biaya besar dan merusak lingkungan.

Tim peneliti tersebut mengajukan hipotesis ilmiah yang memanfaatkan oksida murah dan ramah lingkungan untuk berinteraksi secara elektronik dengan logam, sehingga meningkatkan proses katalistik. Berdasarkan hipotesis ini, tim tersebut mengembangkan katalis komposit titanium oksida-nikel.

Para ilmuwan menyempurnakan transfer elektronik antara titanium oksida dan nikel, yang meningkatkan aktivitas katalistik sekaligus menekan reaksi samping, seperti retakan dan pengendapan karbon.

Inovasi ini memberikan pengetahuan tentang katalis propilena generasi berikutnya yang efisien, hemat biaya, dan berkelanjutan, papar para peneliti.

*1 yuan = 2.226 rupiah

**1 dolar AS = 16.160 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan