Jumlah perokok di dunia menurun, tapi 1 dari 5 orang dewasa masih kecanduan tembakau
Jumlah perokok di dunia menurun, namun tembakau masih mencengkeram satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia, memicu jutaan kematian yang sebenarnya dapat dicegah setiap tahun.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Jumlah perokok di dunia semakin sedikit, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dalam situs jejaringnya pada awal Oktober lalu, namun epidemi tembakau masih jauh dari selesai.
Laporan global terbaru WHO menunjukkan jumlah pengguna tembakau turun dari 1,38 miliar pada tahun 2000 menjadi 1,2 miliar pada tahun 2024. Sejak 2010, jumlah pengguna tembakau turun sebanyak 120 juta – penurunan relatif sebesar 27 persen. Namun, tembakau masih mencengkeram satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia, memicu jutaan kematian yang sebenarnya dapat dicegah setiap tahun.
“Jutaan orang berhenti, atau tidak mulai, menggunakan tembakau berkat upaya pengendalian tembakau oleh negara-negara di seluruh dunia,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Sebagai respons atas kemajuan kuat ini, industri tembakau melawan dengan produk nikotin baru, secara agresif menargetkan kaum muda. Pemerintah harus bertindak lebih cepat dan lebih kuat dalam menerapkan kebijakan pengendalian tembakau yang terbukti efektif.”
Rokok elektrik
Industri tembakau terus memperkenalkan rangkaian produk dan teknologi baru untuk memasarkan kecanduan tembakau tidak hanya melalui rokok, tetapi juga rokok elektronik, kantong nikotin, produk tembakau panas, dan lainnya, yang semuanya merusak kesehatan masyarakat, dan mengancam kesehatan generasi baru—terutama pemuda dan remaja.
Untuk pertama kalinya, WHO memperkirakan penggunaan rokok elektronik secara global – dan angkanya mengkhawatirkan. WHO menyebut, lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia kini menggunakan vaping.
Di kalangan orang dewasa, setidaknya tercatat 86 juta pengguna rokok elektronik, sebagian besar di negara berpenghasilan tinggi.
Di kalangan remaja, setidaknya 15 juta anak (usia 13–15 tahun) sudah menggunakan rokok elektronik. Di negara dengan data, anak rata-rata sembilan kali lebih mungkin menggunakan vaping dibandingkan orang dewasa.
“Rokok elektrik memicu gelombang baru kecanduan nikotin,” kata Etienne Krug, Direktur WHO untuk Departemen Penentu Kesehatan, Promosi, dan Pencegahan. “Produk ini dipasarkan sebagai pengurangan risiko, tetapi nyatanya membuat anak-anak kecanduan nikotin lebih awal dan berpotensi merusak kemajuan puluhan tahun.”
Banyak perempuan berhenti merokok
Meskipun terjadi penurunan penggunaan tembakau secara konsisten pada laki-laki dan perempuan di semua kelompok usia sepanjang 2000–2024, perempuan memimpin dalam upaya berhenti menggunakan tembakau.
Mereka mencapai target penurunan global pada 2025 lima tahun lebih cepat, yaitu pada 2020 ketika penurunan mencapai 30 persen. Prevalensi penggunaan tembakau di kalangan perempuan turun dari 11 persen pada 2010 menjadi hanya 6,6 persen pada 2024, dengan jumlah pengguna perempuan turun dari 277 juta menjadi 206 juta dalam kurun waktu tersebut.
Sebaliknya, laki-laki diperkirakan baru akan mencapai target pada 2031. Saat ini, lebih dari empat dari lima pengguna tembakau di dunia adalah laki-laki, dengan hampir 1 miliar laki-laki masih menggunakan tembakau. Meski prevalensi di kalangan laki-laki turun dari 41,4 persen pada 2010 menjadi 32,5 persen pada 2024, laju perubahannya masih terlalu lambat.
Laporan: Redaksi

.jpg)








