Serangan udara AS terhadap Houthi jadi contoh kebijakan intervensi militer Washington di Timur Tengah

Jet-jet tempur Amerika melakukan sekitar 40 serangan udara yang menyasar beberapa lokasi di enam kegubernuran yang dikuasai Houthi di Yaman utara.
Aden, Yaman (Xinhua/Indonesia Window) – Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi militernya terhadap daerah-daerah yang dikuasai Houthi di Yaman pada akhir pekan lalu, operasi militer paling ekstensif terhadap daerah tersebut sejak Presiden AS Donald Trump mulai menjabat pada Januari. Ini merupakan sebuah eskalasi signifikan yang diperingatkan oleh para analis lantaran dapat semakin mengganggu kestabilan di Timur Tengah yang sudah bergejolak.
Menurut TV Al-Masirah yang dikelola Houthi, pengeboman AS pada Sabtu (15/3) malam waktu setempat menewaskan sedikitnya 53 orang dan melukai 98 lainnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang tujuan strategis Washington. Eskalasi ini terjadi setelah berbulan-bulan dukungan teguh AS untuk sekutunya Israel dalam perang di Gaza, serta konfliknya dengan Hizbullah dan Houthi.
Mohamed Al-Ahmadi, seorang pakar politik Yaman, mengatakan operasi militer AS di Yaman merupakan “perpanjangan dari kebijakan intervensi militer Washington di Timur Tengah.”
Meskipun AS menjustifikasi tindakannya sebagai langkah yang diperlukan untuk melindungi navigasi internasional, Al-Ahmadi berpendapat bahwa dampaknya melampaui tujuan yang dinyatakan dan mungkin merupakan bagian dari strategi AS yang lebih luas untuk “membentuk kembali keseimbangan regional dan menekan aktor-aktor tertentu.”
Al-Ahmadi menguraikan dua skenario potensial. Jika serangan itu merupakan bagian dari strategi komprehensif untuk menghancurkan kendali Houthi atas Yaman utara, maka serangan tersebut berpotensi mendorong stabilitas regional dan memulihkan lembaga-lembaga negara yang sah. Namun, jika serangan itu hanya merupakan aksi pembalasan sementara, maka serangan tersebut berisiko “memperumit situasi regional secara signifikan, meningkatkan ketidakstabilan di Laut Merah dan sekitarnya, dan akibatnya mengancam perdagangan internasional dan ketahanan energi global.”
Analis militer Yaman, Khaled Al-Nasi, mengatakan serangan AS akan memiliki “dampak yang signifikan” terhadap kemampuan Houthi. Namun, dia menekankan bahwa tanpa operasi darat lanjutan oleh pasukan Yaman yang menentang kelompok tersebut, Houthi kemungkinan besar akan pulih meskipun saat ini menghadapi “fase tersulit mereka.”
Mengenai apakah serangan udara itu akan memengaruhi dukungan Iran untuk Houthi, Al-Ahmadi menyatakan keraguannya akan dampak langsung terhadap hubungan Iran-Houthi.
Fatima Al-Asrar, direktur penelitian di Washington Center for Yemeni Studies, mengatakan serangan AS dapat mencapai tujuan yang ditetapkan hanya jika mereka terus menargetkan lokasi-lokasi militer Houthi di seluruh Yaman, dan jika Washington melibatkan pemerintah Yaman untuk menciptakan strategi pencegahan terpadu.
“Houthi memiliki pola eskalasi yang telah diketahui, dan mereka tidak akan menyerah pada pencegahan,” katanya, memprediksi bahwa langkah selanjutnya dari kelompok itu kemungkinan akan menargetkan Israel.

Pada Sabtu malam waktu setempat, jet-jet tempur Amerika melakukan sekitar 40 serangan udara yang menyasar beberapa lokasi di enam kegubernuran yang dikuasai Houthi di Yaman utara, menurut media yang terafiliasi dengan Houthi.

Komando Sentral AS mengumumkan bahwa operasi skala besar terhadap target Houthi bertujuan untuk “mempertahankan kepentingan Amerika, menghalangi musuh, dan memulihkan kebebasan navigasi.”
Laporan: Redaksi