Konflik berdarah Israel-Hamas telah memasuki hari ke-100 per 14 Januari 2024, dengan PM Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan melanjutkan kampanye militer di Jalur Gaza hingga “kemenangan total” tercapai.
Yerusalem (Xinhua) – Konflik berdarah Israel-Hamas pada Ahad (14/1) memasuki hari ke-100, dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan melanjutkan kampanye militer di Jalur Gaza hingga “kemenangan total” tercapai.
“Kita harus menjalankan perang ini, dan ini akan memakan waktu berbulan-bulan,” kata Netanyahu, terlepas meningkatnya seruan internasional untuk menghentikan perang karena krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.
Dalam rapat kabinet pekanannya, Netanyahu mempresentasikan proposal anggaran 2024 kepada pemerintahannya, meminta persetujuan untuk rencana yang meliputi kenaikan pajak dan penerapan pengurangan anggaran baju seragam sebesar 3 persen untuk semua kementerian pemerintah guna mendapatkan dana untuk membiayai perang melawan Hamas yang sedang berlangsung.
“Pada saat ini, yang dibutuhkan adalah, pertama-tama, untuk menutupi biaya perang dan memungkinkan kita untuk melanjutkan perang dan menyelesaikannya,” ujar Netanyahu kepada para menteri.
Pernyataan tersebut disampaikan ketika Israel menunggu keputusan dari Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) di Den Haag, dengan kemungkinan akan memutuskan untuk menentang serangan besar-besaran Israel yang melumpuhkan di Gaza.
Diluncurkan menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, serangan tanpa henti Israel di daerah kantong Palestina yang padat penduduk itu telah menewaskan sedikitnya 23.843 warga, dengan sekitar 75 persen di antaranya adalah perempuan, anak-anak, dan lansia, menurut kantor media pemerintah yang dikelola Hamas.
Serangan-serangan tersebut membuat sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa terpaksa mengungsi dan meluluhlantakkan sebagian besar wilayah tersebut.
Sejak Sabtu (13/1), ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv dan beberapa kota besar lainnya, menyerukan pemulangan para sandera dan pergantian pemerintahan.
Dalam serangan 7 Oktober tahun lalu, militan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, termasuk 790 warga sipil, dan menculik lebih dari 200 orang, 132 di antaranya masih ditahan di Gaza.
Menurut data yang dirilis oleh militer Israel pada Ahad (14/1), sejak pecahnya perang tersebut, pasukannya telah menewaskan sekitar 9.000 militan di Gaza.
Selain itu, tercatat 170 militan dari kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon dan faksi-faksi Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di front Lebanon.
Militer Israel, yang mengerahkan sekitar 295.000 tentara cadangan, telah melancarkan serangan di sekitar 30.000 lokasi di daerah kantong Palestina seluas 365 km persegi dan 750 lokasi di Lebanon.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Ahad mengatakan dalam sebuah pidato bahwa kelompoknya “tidak takut perang, dan tidak ada pembicaraan sebelum perang di Gaza berakhir.”
Menurut Nasrallah, “Israel terperosok dalam kegagalan dan berada di lubang yang dalam… Mereka (Israel) belum mencapai tujuan-tujuan yang telah dideklarasikan maupun yang belum dideklarasikannya sebagaimana dinyatakan dengan suara bulat oleh rakyat Israel sendiri.”
Laporan: Redaksi