Banner

Jepang tertarik pengelolaan sampah Indonesia

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Asobsi), Wilda Yanti. (Indonesia Window)

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pemerintah Provinsi Osaki, Jepang tertarik untuk mempelajari dan menerapkan cara pengelolaan sampah di Indonesia, ungkap Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Asobsi), Wilda Yanti, kepada Indonesia Window dalam wawanacara khusus di Sentul, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan bahwa biaya pengelolaan sampah di Jepang relatif mahal, yakni sekitar Rp1,5 juta per bulan per rumah.

“Bagi masyarakat di Jepang biaya ini termasuk mahal. Makanya, mereka ingin belajar bagaimana mengelola sampah dengan biaya yang lebih rendah dan melibatkan partisipasi masyarakat,” jelas Wilda yang juga merupakan Pemimpin Eksekutif perusahaan pengelola sampah PT Xaviera Global Synergy.

Lebih lanjut dia mengatakan salah satu upaya untuk mengurangi biaya pengelolaan sampah adalah dengan bank sampah di mana masyarakat dapat dapat berpartisipasi aktif mulai dari mengumpulkan, memilah dan memanfaatkan limbah rumah tangga di rumah hingga mengantarkan residu (sisa sampah yang tak dapat diolah lebih lanjut) ke petugas pengumpul sampah.

“Indonesia merupakan negara pertama yang menerapkan bank sampah di dunia. Konsepnya unik. Kita menekankan bahwa siapa yang membuat sampah, dialah yang bertanggungjawab,” tutur Wilda.

Menurut dia, dengan melibatkan masyarakat dari mata rantai pertama pengelolaah sampah sejak di rumah, maka biaya untuk kegiatan tersebut dapat ditekan.

“Dengan sampah yang telah dipilah dari rumah maka kita bisa menekan biaya untuk tenaga pemilah di tempat pembuangan akhir, menyingkat waktu pengelolaan sampah karena sudah dipilah terlebih dahulu, dan mengurangi biaya untuk transportasi truk pengangkut sampah dan pekerjanya karena semakin sedikit sampah yang diangkut dari rumah,” terang Wilda.

Bagi masyarakat yang ikut dalam bank sampah, mereka akan mendapatkan kompensasi berupa uang yang ditukarkan dengan sampah yang telah dipilah atau produk lainnya, seperti ikan, daging, minyak goreng, atau pupuk.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan