Para pekerja PLTN itu mulai membangun pipa untuk menyalurkan air limbah dari tangki-tangki penyimpanan di lereng bukit ke sebuah fasilitas di pantai sebelum pelepasan yang rencananya dilaksanakan tahun depan.
Jakarta (Indonesia Window) – Pembangunan fasilitas untuk membuang air limbah radioaktif ke laut dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang lumpuh di timur laut Jepang dimulai pada Kamis (4/8), meski mendapatkan penentangan dari masyarakat setempat dan negara-negara tetangga.
Para pekerja PLTN itu mulai membangun pipa untuk menyalurkan air limbah dari tangki-tangki penyimpanan di lereng bukit ke sebuah fasilitas di pantai sebelum pelepasan yang rencananya dilaksanakan tahun depan, menurut operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO).
Pada Selasa (2/8), TEPCO memperoleh persetujuan Gubernur Fukushima Masao Uchibori dan wali kota Okuma dan Futaba, lokasi PLTN yang dilanda krisis itu berada, untuk memulai konstruksi, meski kekhawatiran serius tetap ada.
Warga dan komunitas nelayan setempat mengkhawatirkan dampaknya terhadap aktivitas penangkapan ikan dan mata pencaharian mereka, sehingga tetap menentang rencana itu dan menyerukan agar pelepasan bertahap berton-ton air limbah olahan ke Samudra Pasifik tersebut dilakukan pada musim semi tahun depan.
China telah menyatakan penentangannya yang tegas terhadap rencana itu sebagaimana telah disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin bahwa sangat tidak bertanggung jawab bagi Jepang untuk mengabaikan kekhawatiran dan tentangan keras dari semua pihak.
“Jika Jepang bersikeras menempatkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan umum masyarakat internasional dan bersikeras mengambil langkah berbahaya itu, mereka pasti akan membayar mahal atas perilakunya yang tidak bertanggung jawab itu dan meninggalkan noda dalam sejarah,” kata Wang.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan menyatakan akan mengambil “langkah-langkah responsif terbaik secara internal dan eksternal” berdasarkan prinsip bahwa kesehatan dan keamanan masyarakat merupakan hal terpenting.
Tsunami dahsyat, yang dipicu oleh gempa bumi bermagnitudo 9,0 di lepas pantai timur laut Jepang, melanda PLTN Fukushima Daiichi TEPCO pada Maret 2011. TEPCO menyebut bahwa pihaknya telah kehabisan tangki penyimpanan untuk menampung air yang digunakan untuk mendinginkan inti reaktor yang meleleh.
Pemerintah Jepang kemudian pada April 2021 memutuskan bahwa air terkontaminasi itu harus dibuang ke laut mengingat fasilitas tersebut cepat kehabisan ruang untuk mendirikan lebih banyak tangki penyimpanan, yang jumlahnya kini sudah mencapai ratusan.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi