Malaysia telah mendirikan dua pembangkit listrik turbin gas siklus gabungan (combined cycle gas turbine/CCGT) dengan teknologi energi rendah karbon, yaitu Pembangkit Listrik Edra Melaka (Edra Melaka Power Plant/EMPP) dan Pembangkit Listrik Sultan Iskandar.
Jakarta (Indonesia Window) – Teknologi China dalam pembangkit listrik turbin gas memainkan peran penting dalam upaya Malaysia beralih menuju energi rendah karbon, kata sejumlah pembicara pada Selasa (16/8) di KTT Pembangkit Listrik Tenaga Turbin Gas Global.
Pertemuan tingkat tinggi itu mempertemukan perwakilan dari Malaysia, China, Jepang, Singapura, dan negara-negara lainnya untuk membahas pentingnya pembangkit listrik rendah karbon sekaligus mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.
Duta Besar (Dubes) China untuk Malaysia Ouyang Yujing mengatakan dalam sambutannya bahwa KTT ini memberikan platform yang bagus bagi semua pihak untuk memperdalam kerja sama di berbagai rantai industri, dan merupakan sebuah peluang yang baik untuk lebih memahami konsep kerja sama saling menguntungkan (win-win) dan pembangunan ramah lingkungan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI).
“Melalui penggabungan teknologi energi dengan teknologi listrik dan teknologi informasi, China telah secara efektif mendorong pengembangan industri energi terbarukan,” katanya.
“Banyak perusahaan China telah memberikan kontribusi unik mereka dalam kerja sama energi antara China dan Malaysia, yang secara efektif membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan membawa manfaat bagi masyarakat setempat,” imbuhnya.
Sang dubes mencontohkan kisah sukses Edra Power Holdings Sdn Bhd, anak perusahaan China General Nuclear Power Group, dalam operasional internasional, manajemen lokal, dan peningkatan kesejahteraan sosial di Malaysia selama lima tahun terakhir, mengatakan bahwa hal tersebut merupakan interpretasi dan realisasi nyata dari gagasan kerja sama saling menguntungkan dan pembangunan ramah lingkungan.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Malaysia Ali Biju mengatakan sangatlah penting bagi sektor pembangkit energi untuk mengatasi dampak aktivitasnya terhadap perubahan iklim melalui pengadopsian berbagai teknologi baru.
“Banyak negara telah berkomitmen untuk mengubah sistem energi mereka, mengurangi ketergantungan pada batu bara dan bahan bakar fosil lainnya serta mendorong pertumbuhan sumber energi terbarukan. Dan banyak yang ingin beralih dari batu bara ke sumber energi yang lebih bersih,” katanya.
“Untuk Malaysia sendiri, pemerintah telah berjanji tidak ada lagi pembangkit listrik tenaga batu bara baru dalam sistem energinya. Kebijakan energi kami bertujuan menyediakan energi yang berkelanjutan (sustainable) bagi lingkungan, sumber listrik yang andal dengan harga yang wajar dan terjangkau bagi konsumen,” imbuhnya.
Dia juga menyatakan bahwa Malaysia telah mendirikan dua pembangkit listrik turbin gas siklus gabungan (combined cycle gas turbine/CCGT), yaitu Pembangkit Listrik Edra Melaka (Edra Melaka Power Plant/EMPP) dan Pembangkit Listrik Sultan Iskandar, menekankan bahwa EMPP merupakan pembangkit listrik CCGT terbesar di Asia Tenggara.
Sementara itu, Chairman Edra Power Holdings Dai Honggang mengatakan perusahaan tersebut merupakan produsen listrik swasta terbesar kedua di Malaysia dan memiliki sembilan proyek pembangkit listrik di negara-negara partisipan BRI.
“Tidak diragukan lagi Malaysia sangat penting bagi kami dan merupakan salah satu negara kunci di BRI karena lingkungan bisnis, tingkat pendidikan, dan jumlah tenaga kerja (talent pool) mereka. Jadi, kami berharap dapat mengembangkan lebih banyak proyek pembangkit listrik turbin gas di sini,” katanya.
KTT selama dua hari dari Selasa hingga Rabu (17/8) itu diselenggarakan secara bersamaan di empat tempat, yaitu Kuala Lumpur di Malaysia, Beijing dan Shenzhen di China, serta Paris di Prancis.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi