Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Jamur enoki (Flamulina velutipes) merupakan salah satu jamur pangan (edible mushrooms) yang telah dikenal bercitarasa lezat di seluruh dunia.
Jamur berwarna putih itu populer sebagai campuran sayur dalam makanan oriental seperti shabu-shabu, tempura, dan sukiyaki.
Namun, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) telah meminta pelaku usaha (importir) untuk menarik dan memusnahkan jamur enoki yang beredar di pasaran menyusul ditemukannya bakteri patogen dalam produk pangan asal Korea Selatan itu.
Menurut peneliti mikrobiologi pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iwan Saskiawan, kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes terjadi saat proses pengepakan jamur enoki atau pada waktu penyimpanan sebelum siap dikonsumsi.
“Bakteri L. monocytogenes adalah jenis bakteri patogen yang banyak mencemari produk olahan berbahan dasar susu dan turunannya seperti keju, es krim, dan yoghurt,” jelas Iwan, seperti dikutip dari situs jejaring LIPI.
Dia menerangkan, penelitian terkini menunjukkan bahwa bakteri ini juga dapat mengkontaminasi daging mentah dan sayuran.
“Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut dengan listeriosis yang ditandai dengan gejala demam tinggi, sakit kepala, pegal, mual, sakit perut dan diare,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa Listeria monocytogenes memang berbahaya.
Sebelumnya pada Maret-April 2020 Amerika Serikat, Australia, dan Kanada mengkonfirmasi kejadian luar biasa akibat konsumsi jamur enoki asal Korea Selatan yang tercemar bakteri Listeria monocytogenes.
Media AS mengabarkan empat orang meninggal dan 31 dirawat setelah menyantap enoki terkontaminasi bakteri patogen itu.
Pencegahan secara total untuk menghindari kontaminasi bakteri Listeria monocytogenesis mungkin sulit untuk dilakukan.
“Namun melalui pencucian yang sempurna dengan air yang mengalir serta pengolahan melalui pemanasan dan penyimpanan dengan benar, umumnya jamur enoki aman untuk dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada suhu 75 derajat celsius,” terang Iwan.
Laporan: Redaksi