Banner

Mantan PM Lebanon didakwa dalam penyelidikan insiden ledakan pelabuhan Beirut

Kepulan asap hitam membubung dari lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, pada 4 Agustus 2020. (Xinhua/Bilal Jawich)

Insiden ledakan pelabuhan Beirut pada 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya disebabkan oleh amonium nitrat yang disimpan sejak 2014 di sebuah gudang di pelabuhan itu meledak.

 

Beirut, Lebanon (Xinhua) – Mantan perdana menteri (PM) Lebanon Hassan Diab beserta dua mantan menteri pada Selasa (24/1) didakwa dengan pembunuhan disertai kemungkinan niatan atas insiden ledakan pelabuhan Beirut pada 2020 lalu, demikian dilaporkan stasiun televisi lokal Al-Jadeed.

Tarek Bitar, seorang hakim Lebanon yang ditugaskan untuk menyelidiki insiden ledakan pelabuhan Beirut, juga mendakwa Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim, Direktur Keamanan Negara Mayor Jenderal Tony Saliba, serta mantan komandan militer Lebanon Jean Kahwaji sehubungan dengan insiden ledakan tersebut.

Insiden ledakan pelabuhan Beirut
Perdana Menteri Lebanon saat itu Hassan Diab menyampaikan sebuah pidato yang disiarkan televisi di Beirut, Lebanon, pada 10 Agustus 2020, saat mengumumkan pengunduran diri pemerintahannya pascaledakan mematikan di pelabuhan Beirut yang memicu protes. (Xinhua/Dalati & Nohra)

Jaksa Agung Lebanon Ghassan Oueidat, yang juga didakwa dalam penyelidikan insiden ledakan Beirut, pada Selasa mengumumkan penolakannya terhadap keputusan yang dikeluarkan sebelumnya oleh Bitar, dengan alasan bahwa hakim tersebut telah ditangguhkan dari penyelidikannya lebih dari setahun yang lalu.

Pekerjaan Bitar terhenti selama lebih dari setahun menyusul beberapa pengaduan yang diajukan terhadap dirinya oleh dua mantan menteri yang menghadapi dakwaan, memaksanya untuk menangguhkan penyelidikan. Bitar melanjutkan pekerjaannya setelah sebuah pendapat hukum mengatakan bahwa dia harus diizinkan untuk melanjutkan penyelidikannya.

Banner
Insiden ledakan pelabuhan Beirut
Orang-orang mengikuti aksi unjuk rasa di dekat Istana Keadilan di Beirut, Lebanon, pada 29 September 2021 untuk menentang penangguhan penyelidikan atas ledakan di pelabuhan. (Xinhua/Bilal Jawich)

Investigasi utama terhadap insiden ledakan tersebut mengungkapkan bahwa amonium nitrat yang disimpan sejak 2014 di sebuah gudang di pelabuhan itu menyebabkan ledakan, yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan