Banner

Inflasi pada November 2021 tercatat 0,37 persen

Suasana pasar tradisional di Jakarta pada 23 September 2019. (Indonesia Window)

Jakarta (Indonesia Window) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2021 sebesar 0,37 persen, menyusul kenaikan harga berbagai komoditas secara umum.

“Perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2021 secara umum mengalami kenaikan sehingga terjadi inflasi sebesar 0,37 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Dari 11 kategori pengeluaran terdapat tiga kelompok yang paling memiliki andil terhadap inflasi pada November 2021.

Kelompok pengeluaran pertama adalah makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,84 persen, dan menyumbang inflasi sebesar 0,21 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi dalam kelompok tersebut adalah minyak goreng (0,08 persen), telur ayam ras dan cabai merah (0,06 persen), serta daging ayam ras (0,02 persen).

Banner

Kelompok pengeluaran kedua adalah transportasi dengan inflasi pada November sebesar 0,51 persen, dan menyumbang inflasi keseluruhan sebesar 0,06 persen. Inflasi ini disebabkan kenaikan tarif angkutan umum.

Kelompok pengeluaran ketiga adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, dengan inflasi sebesar 0,14 persen, menyumbang inflasi keseluruhan sebesar 0,03 persen.

“Ini dikarenakan kenaikan sewa rumah dan kontrak rumah dengan nilai inflasi masing-masing 0,01 persen,” ujar Margo.

Dengan terjadinya inflasi pada November, maka inflasi tahun kalender Januari sampai November sebesar 1,3 persen, dan tahun ke tahun (yoy) sebesar 1,75 persen.

Dari Indeks Harga Konsumen (IHK) 90 kota pada November 2021, sebanyak 84 kota mengalami inflasi, sementara enam kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sintang (Provinsi Kalimantan Barat) sebesar 2,01 persen disebabkan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga, menyumbang inflasi sebesar 0,27 persen, telur ayam ras 0,23 persen dan kacang panjang 0,19 persen.

Banner

Sementara itu, inflasi terendah ditemukan di Kota Bima (Nusa Tenggara Barat) dan Kota Pontianak (Kalimantan Barat) sebesar 0,02 persen.

Dari enam kota yang mengalami deflasi, nilai tertinggi terjadi di Kota Kotamobagu (Sulawesi Utara) sebesar minus 0,53 persen disebabkan penurunan harga daun bawang, ikan cakalang, cabai rawit dan kangkung, menyumbang deflasi masing-masing 0,15 persen.

Sementara deflasi terendah terjadi di Kota Tual (Provinsi Maluku), sebesar minus 0,16 persen.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan