Banner

Indonesia punya 600 jenis tumbuhan talas-talasan

Porang (Amorphophallus muelleri), salah satu jenis Araceae yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat. (Foto: Istimewa)

Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia memiliki 600 jenis tumbuhan talas-talasan, yang termasuk dalam keluarga Araceae, yang tersebar di setiap pulau.

Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Araceae yang sering dimanfaatkan sebagai sumber pangan, tanaman hias, dan obat mudah dikenali dari bentuk daun dan coraknya yang beragam, serta bunga tongkol yang seludangnya berwarna-warni.

“Kalimantan adalah surga bagi berbagai jenis Araceae, namun potensinya masih harus dieksplorasi,” ujar peneliti Araceae di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya, Ni Putu Sri Asih, pada Senin (31/8).

Menurut dia, masyarakat lebih mengenal Araceae sebagai tanaman pangan, terutama dari jenis Amorphophallus atau suweg, porang, dan talas (Colocasia esculenta).

Sementara itu, Cyrtosperma merkusii adalah jenis Araceae yang digunakan sebagai salah satu makanan pokok di Sulawesi Utara.

Banner

Di masa pandemik, saat pemerintah mulai menggalakkan gerakan ketahanan pangan bagi masyarakat, talas atau suweg bisa menjadi sumber karbohidrat selain beras.

“Masyarakat bisa mengolah umbinya sebagai campuran beras, penganan rebusan, atau diolah menjadi kue,” kata Sri Asih.

Selain sumber pangan, Araceae juga banyak diminati sebagai tanaman hias.

Penggemar Araceae umumnya tertarik dengan bentuk daun dan perawatan yang relatif mudah.

“Sebagian besar Araceae hidup di dataran rendah hingga sedang, dan hanya memerlukan habitat hidup berhumus, porous dan lembab,” terang Sri Asih.

Beberapa Araceae asal Indonesia yang dapat menjadi tanaman hias antara lain dari jenis Alocasia, Spathiphyllum, Schismatoglottis, Rhaphidophora, Scindapsus, dan Homalomena.

Banner

“Araceae asli Indonesia tersebut umumnya memiliki bentuk daun yang unik, tidak kalah cantik dengan Monstera, jenis Araceae dari luar negeri yang sedang naik daun,” tuturnya.

Manfaat lain Araceae adalah sebagai bahan obat-obatan, dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

“Selama ini pengetahuan mengenai potensi Araceae sebagai obat justru berasal dari kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Misalnya Alocasia longiloba bisa dimanfaatkan sebagai obat luka,” jelas Sri Asih.

Meskipun Araceae masih mudah ditemukan di habitat alaminya, ancaman degradasi hutan berpotensi merusak tumbuhan tersebut.

Studi populasi mengenai Araceae juga masih terbatas, sehingga status konservasinya belum teridentifikasi dengan baik.

“Masyarakat yang mengambil Araceae di alam harus memiliki kesadaran untuk melestarikannya bagi generasi mendatang,” kata Sri Asih.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan