Banner

Indonesia promosikan ‘specialty coffee’ di Jerman di tengah pandemik

Kedutaan Besar RI di Berlin menyelenggarakan promosi kopi Indonesia bersama dengan My Bali Coffee dan PT Nabu Kopi Ranah Indonesia di dua pasar swalayan terbesar di Jerman, yaitu EDEKA dan REWE. (KBRI Berlin)

Jakarta (Indonesia Window) – Kedutaan Besar RI di Berlin tengah gencar mempromosikan berbagai specialty coffee tanah air kepada masyarakat di Jerman yang dikenal sebagai penikmat kopi dengan 5,12 kilogram kopi per kapita per tahun.

Di tengah pandemik COVID-19, pemasaran kopi di Jerman tidak terganggu, menurut keterangan dari KBRI di Berlin yang diterima di Jakarta, Senin.

Data survei Deutscher Kaffeeverband menunjukkan bahwa 72 persen orang Jerman mengonsumsi kopi di rumah, 21,8 persein menikmati kopi ketika bekerja atau di cafe, dan sisanya 5,7 persen menikmati kopi bersama kerabat dan teman.

Karenanya, perdagangan kopi di Jerman tidak terlalu terpengaruh oleh aturan pembatasan sosial selama pandemik.

Pemilik brand MyBali Coffee, Sascha Bayu Handojo, mengatakan penjualan kopi Indonesia secara online justru meningkat di masa pandemik.

Sascha yang berdarah Indo-Jerman itu menargetkan 1.000 outlet kopi baru pada 2021 agar kopi Indonesia semakin dikenal oleh konsumen Jerman.

Baru-baru ini, KBRI di Berlin menyelenggarakan promosi kopi Indonesia bersama dengan My Bali Coffee dan PT Nabu Kopi Ranah Indonesia di dua pasar swalayan terbesar di Jerman, yaitu EDEKA dan REWE.

Dalam promosi tersebut, EDEKA dan REWE menjual berbagai jenis kopi Indonesia di dalam jaringan swalayan mereka dan mengenalkan rasa kopi melalui coffee tasting di lobby serta di tempat parkir dengan mobil klasik VW 1960an yang disulap menjadi kedai kecil.

Saat ini 330 swalayan EDEKA dan REWE menjual kopi Indonesia, dan kedua swalayan tersebut telah memesan ribuan ton kopi dari tanah air.

Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, dalam kesempatan promosi kopi di swalayan REWE pada Sabtu (7/11) mengatakan promosi tersebut dilakukan untuk mengaitkan secara langsung antara kebiasaan minum kopi masyarakat Jerman dan ketersediaan kopi Indonesia di pasar swalayan setempat.

“Pengenalan kepada publik Jerman seperti pemasaran langsung di swalayan dengan cara yang unik ini tidak hanya dapat mempromosikan kopi Indonesia, tapi juga mengubah cita rasa kopi di Jerman,” ujar dubes.

Menurut dia, branding yang sesuai seperti My Bali Coffee juga menjadi faktor penting dalam memasarkan kopi Indonesia.

“Upaya mempromosikan kopi secara agresif seperti ini perlu dilakukan secara berkesinambungan. Kebiasaan minum kopi yang bercita rasa Indonesia dapat membawa masyarakat Jerman untuk berkunjung ke tanah air,” kata Dubes Havas yang telah memiliki sertifikat barista.

Guna memenuhi kebutuhan kopi di Jerman, negara Eropa Barat ini mengimpor  sejumlah besar kopi dari Brazil dan Vietnam.

Kopi yang masuk ke pasar Jerman dari kedua negara tersebut terutama adalah jenis robusta yang harganya lebih murah dari arabika.

Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-9 sebagai pengekspor kopi untuk Jerman, dengan jenis kopi indikasi geografis arabika seperti Gayo, Lintong, Mandailing, Preanger, Bajawa dan Bali yang termasuk dalam specialty coffee.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan