Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia dan Malaysia memperkuat kerja sama bilateral terkait kebijakan kelapa sawit, kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.
Intensitas hubungan bilateral kedua negara ditunjukkan dengan volume perdagangan yang mencapai 15,03 juta dolar AS pada 2020 dan 13,43 juta dolar AS selama Januari hingga Oktober 2021.
Airlangga menekankan pentingnya negara-negara anggota CPOPC (Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit) mengintensifkan upaya untuk memastikan harga minyak sawit berkelanjutan.
“Kami menggarisbawahi tren positif atas pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum,” kata menko perekonomian dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Airlangga menyampaikan bahwa bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam investasi dan perdagangan. Selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) dari Malaysia mencapai 706,8 juta dolar AS dan tersebar di 1.324 proyek.
Selain itu, berdasarkan hasil serah terima jabatan ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang diselenggarakan pada 26 Februari 2021 secara virtual, Indonesia ditunjuk menjadi Ketua CPOPC untuk periode 2021.
Airlangga mengatakan, negara produsen harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai alat manajemen permintaan.
Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia. Strategi ini penting untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan yang akan menjaga harga CPO global.
“Menanggapi maraknya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit, sebagai negara penghasil kelapa sawit, Indonesia dan Malaysia perlu melakukan kampanye positif tentang kelapa sawit secara efektif, efisien dan tepat sasaran,” ujarnya.
Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia mengapresiasi kemajuan program countering anti palm oil campaign atau melawan kampanye anti kelapa sawit yang dilakukan CPOPC berdasarkan persetujuan negara.
Program-program tersebut termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota, serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit.
Indonesia juga mengapresiasi pembentukan CPOPC Scientific Committee (komite saintifik) yang berfokus pada penyusunan proposal penelitian yang tepat, mengkaji proposal penelitian, serta mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan guna memberikan temuan dalam memperkaya pengetahuan tentang sektor kelapa sawit.
“Kami berharap komite ini dapat bekerja untuk kepentingan terbaik negara-negara anggota, termasuk upaya melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit,” tutur Airlangga.
Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia dan Malaysia perlu memperkuat ikatan, serta memantapkan kolaborasi dan kerja sama di bidang kelapa sawit. Kedua negara harus terus bekerja sama secara aktif untuk lebih memperkuat CPOPC sebagai satu-satunya organisasi komoditas minyak sawit di dunia.
Laporan: Redaksi