Jakarta (Indonesia Window) – Para ilmuwan dari Saratov State University (SSU) Rusia telah mengusulkan metode baru, efisien dan terjangkau untuk mendeteksi biomarker peradangan yang penting dalam tubuh manusia.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Analytical and Bioanalytical Chemistry.
Menurut penelitian, analog yang ada jauh lebih mahal dan dapat mendeteksi peradangan hanya pada tahap selanjutnya.
Penelitian oleh ilmuwan Rusia ini memungkinkan untuk mengukur tingkat protein C-reaktif (CRP) untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu.
CRP adalah biomarker peradangan utama dalam tubuh manusia, yang meningkat sebagai akibat dari cedera dan infeksi, serta selama perkembangan beberapa penyakit berbahaya seperti radang sendi, aterosklerosis, dan jenis kanker tertentu.
Seperti yang dijelaskan SSU, konsentrasi CRP meningkat pada pasien yang telah didiagnosis COVID-19.
Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat CRP pada pasien dengan COVID-19 berkorelasi langsung dengan penyakit. Peningkatan yang signifikan dalam tingkat CRP terlihat pada pasien dengan gejala parah.
Menurut para ahli, mengukur biomarker (penanda) ini dapat menjadi alat diagnostik yang andal untuk memprediksi tingkat keparahan penyakit.
Irina Goryacheva, Profesor Departemen Kimia Umum dan Anorganik di SSU, mengatakan bahwa konsentrasi rendah CRP (beberapa mikrogram protein C-reaktif dalam satu liter darah manusia) dapat ditentukan secara akurat dengan bantuan penanda yang diperoleh dan mungkin untuk melakukan diagnosa.
Menurut Goryacheva, pendekatan ini memiliki potensi yang signifikan sebagai metode berbasis laboratorium untuk menentukan penanda peradangan.
“Ada metode lain untuk menentukan CRP, tetapi beberapa di antaranya hanya dapat mendeteksi CRP dalam jumlah besar (pada stadium lanjut penyakit), dan yang lainnya cukup mahal,” terangnya.
Studi ini mengembangkan metode baru untuk mensintesis penanda CRP dalam plasma darah manusia. Hal ini memungkinkan produksi nanopartikel emas berukuran sekitar 9nm dengan cepat, yang dilapisi dengan zat aktif biologis yang disebut biotin untuk memfasilitasi deteksi CRP dalam darah.
Metode analisis imunokimia digunakan untuk deteksi CRP dengan penanda yang dikembangkan dan antibodi spesifik terhadap CRP hanya berinteraksi dengan protein ini, memungkinkan deteksi tanpa persiapan sampel yang rumit.
Seperti yang dilaporkan SSU, para ilmuwan berencana untuk mengembangkan pendekatan baru guna mendeteksi tidak hanya peradangan, tapi juga penanda gagal jantung.
Sumber: Rossiya Segodnya
Laporan: Redaksi