Banner

Wawancara – Dubes RI untuk China optimistis dengan prospek kerja sama Indonesia-China

Djauhari Oratmangun, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat China, bersama istrinya sedang diwawancarai wartawan Kantor Berita Xinhua di Jakarta pada 17 April 2024. (Xinhua/Sun Lei)

Hubungan Indonesia-China berada di level tertinggi dalam sejarah dan prospek kerja sama kedua belah pihak cerah dengan potensi yang besar.

 

Jakarta (Xinhua) – Djauhari Oratmangun, Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia (RI) untuk Republik Rakyat China, menyatakan bahwa menurutnya hubungan Indonesia-China berada di level tertinggi dalam sejarah dan prospek kerja sama kedua belah pihak cerah dengan potensi yang besar, demikian disampaikannya di Jakarta baru-baru ini dalam sesi wawancara dengan Kantor Berita Xinhua.

Pada awal sesi wawancara itu, Djauhari, yang memiliki nama dalam bahasa Mandarin Zhou Haoli, menceritakan momen saat dirinya menemani Presiden terpilih RI Prabowo Subianto ke Beijing baru-baru ini.

“Saya mendampingi Pak Prabowo dalam seluruh kunjungan beliau di Beijing, termasuk pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping dan pembicaraan dengan Perdana Menteri Li Qiang dan juga pertemuan dengan Menteri Pertahanan China Dong Jun,” ujar sang dubes. Dia juga menemani Prabowo saat berkunjung ke sebuah sekolah menengah setempat di mana mereka meninjau program makan siang gratis di sana.

“Tentunya kita berharap hubungan (kedua negara) ini dan kebijakan hubungan antar kedua negara akan terus berlanjut di bawah kepemimpinan mendatang. Dan, trennya bagus, hubungan antara Indonesia dan China, menurut saya bagus,” tutur Djauhari.

Banner

Djauhari menyatakan bahwa investasi China di Indonesia sangat besar dan hal itu memainkan peran penting bagi pembangunan Indonesia, “Ke depannya, kedua belah pihak akan berkonsentrasi pada sejumlah sektor penting seperti infrastruktur, pertambangan, pertanian dan perikanan, ekonomi digital, ekonomi hijau, kesehatan seperti pengobatan, peralatan medis, dan rumah sakit, seperti itu, dan pembangunan ibu kota baru Nusantara, itulah tren baik.”

Menurut sang dubes, kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) China disambut baik di Indonesia dan dapat dilihat di Jakarta, bahkan putranya juga memiliki mobil Chery di Jakarta. “Anak saya sangat menyukai mobilnya bahkan saya dilarang memakainya,” tutur Djauhari berkelakar.

Hubungan Indonesia-China berada
Foto yang diabadikan pada 5 Februari 2024 ini menunjukkan kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) Chery OMODA E5 besutan produsen mobil China Cherry diluncurkan di Jakarta. (Xinhua/Xu Qin)

“Kita punya nikel, dengan investasi dan bantuan China di bidang baterai energi baru, kami berharap dapat meniru apa yang telah dilakukan China dalam ekosistem energi listrik karena sejalan dengan ekonomi hijau dan penting untuk target 2035, yang menjadi hal penting bagi pemerintah kedua bangsa,” ungkap Djauhari.

Djauhari juga menyoroti keberhasilan China dalam pengentasan kemiskinan dan menyatakan banyak hal yang meninggalkan kesan mendalam bagi dirinya, termasuk di antaranya rencana program makan siang gratis di sekolah dan berbagai proyek pengentasan miskin di pedesaan China yang telah mengangkat lebih dari 700 juta warga keluar dari kemiskinan.

“Kami berharap dapat melakukan hal seperti itu dan kita terus mengoordinasikan kerja sama pengentasan kemiskinan,” ujarnya.

Djauhari selalu memandang penting pertukaran antarmasyarakat kedua negara. Dia menyatakan kedua belah pihak terus memperdalam kerja sama dalam bidang pendidikan, semakin banyak pelajar China dan Indonesia yang memilih menempuh pendidikan di kedua negara.

Banner
Hubungan Indonesia-China berada
Foto yang diabadikan pada 22 September 2022 ini memperlihatkan seorang pelajar perempuan Indonesia mengikuti pelatihan kejuruan di sebuah kawasan industri di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. (Xinhua)

“Pemimpin kedua negara juga telah beberapa kali membahas kerja sama dalam pendidikan kejuruan, China akan membantu Indonesia mengisi kesenjangan tenaga kejuruan terampil, yang masih besar,” sebut Djauhari.

Sang dubes juga menyatakan harapannya agar semakin banyak wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia sehingga jumlahnya nanti akan mencapai dan melampaui level prapandemi, mengingat “Indonesia tidak hanya punya Bali, namun juga memiliki pemandangan dan kebudayaan yang memesona di banyak tempat.”

Mengenai perdagangan kedua negara, Djauhari beranggapan bahwa baik Indonesia maupun China memiliki populasi yang sangat besar dan terutama populasi dengan daya beli yang cukup kuat sangat menjanjikan. “Kita lihat minat konsumen China terhadap produk Indonesia terus bertambah. Selain komoditas curah, ekspor kopi, sarang burung walet, buah-buahan, dan makanan instan dari Indonesia ke China terus naik,” urai Djauhari.

William Widjaya (kiri), direktur pengadaan Kawan Lama Group asal Indonesia, sedang berkunjung ke area ekshibisi alat perangkat dalam gelaran Pameran Impor dan Ekspor China ke-135, yang juga dikenal sebagai Canton Fair, di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China selatan. Perusahaan Indonesia tersebut telah berpartisipasi dalam ajang Canton Fair sejak 1995. (Xinhua/Liu Dawei)

Perihal ekonomi China, dubes RI itu mengungkapkan keyakinannya bahwa China akan mencapai target tahunan yang telah diumumkan.

Djauhari juga menekankan pentingnya stabilitas dan pembangunan bersama di kawasan dan mendorong kerja sama dan dialog antar negara-negara ASEAN dengan China.

Djauhari mulai menjabat sebagai dubes RI untuk China sejak 2018 dan sudah menginjakkan kakinya di lebih dari 60 kota di seluruh China.

Banner

“Keramahan warga China sangat membuat saya terkesan,” ujar Djauhari, yang selalu mendedikasikan dirinya untuk mendorong persahabatan kedua bangsa.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan