Hossein Salami, panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam Iran (Islamic Revolution Guards Corps/IRGC) mengatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat (AS) pantas disalahkan atas terorisme dan perpecahan yang terjadi di dunia Muslim.
Teheran, Iran (Xinhua/Indonesia Window) – Hossein Salami, panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam Iran (Islamic Revolution Guards Corps/IRGC), pada Ahad (3/11) mengatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat (AS) pantas disalahkan atas terorisme dan perpecahan yang terjadi di dunia Muslim.
Salami menyampaikan hal tersebut dalam sebuah unjuk rasa untuk menandai ulang tahun ke-45 pengambilalihan kedutaan besar AS di Teheran dan ‘Hari Nasional Perlawanan terhadap Arogansi Global’, yang juga dikenal sebagai ‘Hari Mahasiswa Nasional’ di negara itu.
Berbicara dalam pertemuan tersebut, kepala komandan IRGC menekankan bahwa “fenomena terorisme Takfiri (ekstremis) dan perpecahan berdarah di dunia Muslim” merupakan hasil dari kebijakan AS.
Salami menggambarkan AS sebagai “identitas paradoks”, menurut kantor berita resmi IRNA.
Dia menambahkan bahwa meskipun AS selalu menggembar-gemborkan soal perdamaian, keamanan, dan ketertiban global, sebenarnya AS justru merupakan sumber dari semua “kejahatan, pembantaian, dan penjajahan” di dunia.
Warga Iran pada Ahad turun ke jalan untuk berpawai ke lokasi bekas kedutaan besar AS sambil meneriakkan slogan-slogan yang mengecam AS dan Israel. Para pengunjuk rasa membawa bendera Iran, Hizbullah, dan Palestina, serta foto Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan para pemimpin serta komandan Iran dan kelompok-kelompok perlawanan regional yang terbunuh.
Di akhir unjuk rasa mereka, para demonstran menyatakan kesetiaan mereka kepada pemimpin tertinggi Iran dan mengutuk “kejahatan” Israel di Gaza dan Lebanon, “yang dilakukan dengan partisipasi langsung dan dukungan AS.”
Mereka juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bekerja sama demi terwujudnya gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
Beberapa bulan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada Februari 1979, mahasiswa Iran mengambil alih gedung kedutaan besar AS, dan mengatakan bahwa kedutaan besar tersebut, berdasarkan dokumen yang ditemukan di dalamnya, berencana untuk menggulingkan Republik Islam Iran dan menjadi basis spionase bagi pemerintah AS. Iran memperingati hari pengambilalihan tersebut setiap tahun dengan mengadakan unjuk rasa nasional.
Laporan: Redaksi