Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak mentah merosot pada akhir perdagangan Senin (10/1) atau Selasa pagi WIB, tertekan oleh kekhawatiran tentang permintaan yang dipicu oleh kenaikan global yang cepat dalam infeksi virus corona Omicron serta kenaikan pasokan minyak dari Libya.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melemah 88 sen atau 1,1 persen, menjadi menetap di 80,87 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari turun 67 sen atau 0,9 persen, menjadi berakhir di 78,23 dolar AS per barel.

Pada awal perdagangan, kedua kontrak naik sekitar 50 sen.

“Harga minyak mengikuti pasar saham yang lebih rendah di tengah kekhawatiran Omicron,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures di Chicago. Pasar juga mundur dari keuntungan awal sesi perdagangan karena Libya mengatakan hasil produksi minyaknya meningkat.

Pasar saham global tersandung lagi, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai tertinggi dua tahun ketika investor memangkas aset-aset berisiko karena spekulasi Federal Reserve AS dapat menaikkan suku bunga segera setelah Maret.

Kekhawatiran tentang varian virus corona Omicron merembes ke pasar minyak, mendorong harga lebih rendah. Pekan lalu, harga minyak naik 5,0 persen setelah protes di Kazakhstan mengganggu jalur kereta api dan memukul produksi di ladang minyak negara itu, Tengiz.

Sementara pemeliharaan pipa di Libya menurunkan produksi menjadi 729.000 barel per hari (bph) dari tertinggi 1,3 juta barel per hari tahun lalu.

Perusahaan minyak terbesar Kazakhstan Tengizchevroil (TCO) secara bertahap meningkatkan produksi untuk mencapai tingkat normal di ladang Tengiz setelah protes membatasi produksi di sana dalam beberapa hari terakhir, operator ladang minyak tersebut Chevron mengatakan pada Ahad (9/1).

Produksi Libya meningkat pada Senin (10/1), dan kekhawatiran tentang peningkatan produksi Libya menguasai pasar.

Pekan lalu, minyak mendapat dukungan dari meningkatnya permintaan global dan penambahan pasokan yang lebih rendah dari perkiraan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.

Produksi OPEC pada Desember hanya naik 70.000 barel per hari dari bulan sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan 253.000 barel per hari yang diizinkan berdasarkan kesepakatan pasokan OPEC+. Kesepakatan ini memulihkan pengurangan produksi pada 2020 ketika permintaan runtuh selama penguncian COVID-19.

Pemulihan permintaan dan penurunan tajam dalam persediaan minyak telah mendorong struktur pasar untuk Brent dan minyak mentah AS ke dalam keterbelakangan yang dalam.

Struktur pasar yang terbelakang berarti nilai saat ini lebih tinggi daripada di bulan-bulan berikutnya dan mendorong para pedagang untuk melepaskan minyak dari penyimpanan untuk segera menjualnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan