Banner

Gunung Merapi muntahkan awan panas, potensi bahaya 7 kilometer

Awan Panas Guguran teramati dari puncak Gunung Merapi, Sabtu (11/3). (BPPTKG)

Gunung Merapi akan berdampak bahaya akibat erupsinya seperti yang saat ini sedang terjadi, sehingga masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Gunung Merapi kembali muntahkan awan panas guguran (APG), Sabtu, pukul 12.12 WIB ke arah Sungai Bebeng/Krasak, menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Banner

“Jarak tujuh kilometer dari puncak Gunung Merapi di alur Kali Bebeng dan Krasak. Saat ini erupsi masih berlangsung,” kata BPPTKG dalam pesan tertulisnya, Sabtu.

Dalam rekaman visual BPPTKG, gunung teramati dengan jelas hingga kabut 0-II. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50-100 meter di atas puncak kawah.

Di samping itu juga teramati satu kali guyuran lava dengan jarak luncur 1.500 meter ke barat daya suara guguran dua kali dengan intensitas sedang dari Pos Babadan.

Banner

BPPTKG menyebut bahwa potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer Sungai Bedog, Sungai Krasak dan Sungai Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Pada sektor tenggara meliputi sungai Woro sejauh maksimal tiga km dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Guna mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Banner

Masyarakat diminta agar selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung berapi tersebut.

BBPTKG juga menyebut apabila terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status aktivitas Merapi akan segera ditinjau kembali. Saat ini, status gunung paling aktif di Indonesia tersebut masih dalam level III atau ‘siaga’ sejak November 2020.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, awan panas guguran itu juga memicu abu vulkanik yang mengarah ke barat laut-utara.

Banner

Petugas Pos Babadan, Yulianto dalam sambungan telepon mengatakan Pos Babadan mulai terdampak abu vulkanik cukup tebal.

“Kalau APG-nya mengarah ke barat daya, ke Kali Bebeng dan Kali Krasak. Tapi kalau abu vulkanik ke arah barat laut-utara. Karena faktor angin, ya,” jelas Yulianto.

“Kalo Pos Babadan saat ini sudah pasti terdampak abu vulkanik. Ini cukup tebal,” imbuh Yulianto.

Banner

Lebih lanjut Yulianto juga telah menerima laporan beberapa lokasi yang juga terdampak abu vulkanik. Adapun rinciannya Desa Mangunsuko, Desa Dukun, Desa Paten dan Desa Sengi di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Berikutnya Desa Wonolelo dan Desa Krogowanan di Kabupaten Magelang. Selanjutnya Desa Klakah dan Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Terkait pengungsian, Yulianto belum menerima adanya laporan warga yang mengungsi di wilayah yang terdampak abu vulkanik tersebut.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya bersama BPPTKG akan memberikan rekomendasi kepada warga sekitar untuk mengungsi apabila cakupan wilayah awan panas guguran beserta abu vulkanik berkembang dalam beberapa peristiwa dan jaraknya lebih jauh dari tujuh kilometer.

Banner

“Ini kan baru terpantau satu kali event (kejadian). Terjadi 5-6 kali guguran. Kalau cakupannya terus berkembang dan jaraknya lebih jauh dari tujuh kilometer maka besar kemungkinan akan ada rekomendasi kepada warga agar mengungsi,” jelas Yulianto.

Hasil monitoring lapangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, belum ada laporan mengenai dampak signifikan maupun adanya korban jiwa.

Situasi dan kondisi masih aman terkendali. Hasil laporan dan monitoring lanjutan akan diperbarui secara berkala.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan