Banner

Ilmuwan temukan gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan ‘drone’ ini menunjukkan Gletser Purog Kangri di Daerah Otonom Xizang, China barat daya, pada 4 September 2024. (Xinhua/Liu Shiping)

Gletser Purog Kangri kini menjadi gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, menggantikan Tudung Es Guliya di Prefektur Ngari.

 

Lhasa, Daerah Otonom Xizang, China barat daya (Xinhua/Indonesia Window) – Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, yang dikenal sebagai ‘menara air Asia’, menyusul ditemukannya padang es setebal hampir 400 meter.

Padang es tersebut, dengan ketebalan maksimum yang terukur hampir 400 meter, merupakan bagian dari Gletser Purog Kangri di wilayah Tsonyi, Daerah Otonom Xizang, China barat daya, menurut para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).

Pengukuran tersebut telah menetapkan bahwa Gletser Purog Kangri kini menjadi gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, menggantikan Tudung Es Guliya di Prefektur Ngari.

Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 11 Mei 2024 ini menunjukkan pemandangan Gletser Zangser Kangri di Cagar Alam Nasional Changtang, Daerah Otonom Xizang, China barat daya. (Xinhua/Jiang Fan)

Gletser mengandung informasi penting tentang sejarah iklim Bumi. Sebelumnya, para ilmuwan mengebor inti es setebal 308,6 meter dari Guliya, yang terbentuk selama lebih dari 700.000 tahun.

Banner

Para ilmuwan saat ini sedang mengekstraksi inti es dari Gletser Purog Kangri, yang mereka yakini mengandung es yang lebih tua.

Foto dari udara yang diabadikan pada 16 Juni 2023 ini menunjukkan pemandangan Gletser No. 1 Sungai Baishui di Gunung Salju Yulong di Kota Lijiang, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua/Chen Xinbo)

“Saat ini, gletser di seluruh dunia sedang mengalami pencairan. Begitu mereka mencair, catatan sejarah yang terkandung di dalamnya juga akan hilang,” kata Lonnie Thompson, akademisi asing CAS yang merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Amerika.

“Oleh karena itu, mengekstraksi dan mengawetkan inti es sangat penting untuk mendapatkan informasi historis,” imbuh Thompson, yang ikut serta dalam proses pengukuran tersebut.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan