Gletser di seluruh dunia sedang mengalami pencairan, dan begitu mereka mencair, catatan sejarah yang terkandung di dalamnya juga akan hilang.
Lhasa, Daerah Otonom Xizang, China barat daya (Xinhua/Indonesia Window) – Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, yang dikenal sebagai ‘menara air Asia’, menyusul ditemukannya padang es setebal hampir 400 meter.
Padang es tersebut, dengan ketebalan maksimum yang terukur hampir 400 meter, merupakan bagian dari Gletser Purog Kangri di wilayah Tsonyi, Daerah Otonom Xizang, China barat daya, menurut para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).
Pengukuran tersebut menetapkan bahwa Gletser Purog Kangri kini menjadi gletser paling tebal di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, menggantikan Tudung Es Guliya di Prefektur Ngari.
Para peneliti menggunakan peralatan radar dalam pengukuran tersebut dan menentukan ketebalan es dengan membaca pantulan gelombang elektromagnetik.
Gletser memberikan informasi penting tentang sejarah iklim Bumi. Sebelumnya, para ilmuwan mengebor inti es setebal 308,6 meter dari Guliya, yang terbentuk selama lebih dari 700.000 tahun.
Para ilmuwan saat ini sedang mengekstraksi inti es dari Gletser Purog Kangri, yang diyakini mengandung es yang umurnya lebih tua.
“Pengukuran ketebalan dan analisis inti es membantu kami untuk lebih memahami perubahan lingkungan di masa lalu, serta bagaimana pemanasan global memengaruhi gletser, yang berdampak terhadap danau, sungai, dan lingkungan hidup masyarakat,” ujar Yao Tandong, akademisi CAS.
Pengukuran tersebut merupakan bagian dari ekspedisi ilmiah dan proyek penelitian kedua China di Dataran Tinggi Qinghai-Xizang, yang dimulai pada Agustus 2017 dan dipimpin oleh Yao.
“Saat ini, gletser di seluruh dunia sedang mengalami pencairan. Begitu mereka mencair, catatan sejarah yang terkandung di dalamnya juga akan hilang,” kata Lonnie Thompson, akademisi mancanegara CAS yang juga merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Amerika.
“Oleh karena itu, mengekstraksi dan mengawetkan inti es sangat penting untuk mendapatkan informasi historis,” imbuh Thompson, yang ikut serta dalam proses pengukuran tersebut.
Laporan: Redaksi