Oleh Burak Akinci
Getaran seismik ringan tercatat di berbagai wilayah di Turkiye setiap hari, yang penduduknya sangat sensitif terhadap berita mengenai gempa bumi yang disampaikan oleh media.
Ankara, Turkiye (Xinhua) – Hampir satu tahun yang lalu, dua gempa bumi dahsyat menghantam Turkiye selatan, merenggut nyawa lebih dari 53.000 orang dan menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Bermagnitudo 7,7, gempa pertama mengguncang 11 provinsi di Turkiye dan Suriah utara pada 6 Februari 2023 dini hari waktu setempat. Kemudian, gempa kedua bermagnitudo 7,6 menghantam wilayah yang sama, memperparah kerusakan pada puluhan ribu bangunan dan infrastruktur.
Merevisi jumlah korban tewas sebelumnya yaitu 50.783 orang, Menteri Dalam Negeri Turkiye Ali Yerlikaya pada Jumat (2/2) pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi bertambah menjadi 53.537 orang, menjadikannya bencana paling mematikan dalam sejarah Turkiye modern.
Aktivitas seismik berasal dari Patahan Anatolia Timur, patahan sepanjang hampir 1.000 kilometer yang membentang secara diagonal di bagian tenggara negara tersebut.
Istanbul, yang terletak di Patahan Anatolia Utara di antara dua lempeng tektonik, menghadapi risiko yang lebih tinggi, karena para ahli seismologi memperingatkan bahwa gempa dahsyat di kota itu sudah “dekat waktunya” setelah gempa bumi yang merenggut hampir 20.000 nyawa di Turkiye barat laut pada 1999.
Turkiye memperingati tragedi tersebut di kala sejumlah ahli mengatakan “peristiwa seismik yang lebih menghancurkan tidak dapat dihindari” di wilayah yang memiliki garis patahan aktif.
Direktur Bank Dunia untuk Turkiye Humberto Lopez mengatakan pada November tahun lalu bahwa biaya yang dibutuhkan untuk menjadikan perumahan di Turkiye aman dari gempa bumi di masa depan diperkirakan mencapai 500 miliar dolar AS.
“Gempa bumi yang diperkirakan terjadi di Istanbul akan bermagnitudo antara 7,2 dan 7,6. Jika gempa ini terjadi, maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan gempa pada Februari tahun lalu,” ungkap Naci Gorur, seorang ahli geologi yang berbasis di Istanbul, di platform media sosialnya, X.
Dia menambahkan bahwa mustahil menghentikan gempa bumi, tetapi membangun gedung-gedung yang tidak runtuh dan menewaskan penghuninya dalam skala besar adalah hal yang mungkin.
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan bulan lalu memperingatkan bahwa 66 persen wilayah negara tersebut dan 71 persen populasinya terpapar risiko gempa bumi.
“Bersiap menghadapi gempa bumi lebih merupakan sebuah keharusan alih-alih pilihan bagi kita. Karena secara geografis, kita merupakan negara yang hidup berhadapan langsung dengan gempa bumi,” ujar Erdogan di Istanbul.
Setiap hari, getaran seismik ringan tercatat di berbagai wilayah di Turkiye, yang penduduknya sangat sensitif terhadap berita mengenai gempa bumi yang disampaikan oleh media.
Profesor ilmu manajemen bencana Mihat Kadioglu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media lokal NTV bahwa “kita membutuhkan pendekatan yang komprehensif terhadap gempa bumi, bukan metode yang reaktif dan berorientasi pada bantuan ketika gempa terjadi.”
*1 dolar AS = 15.705 rupiah
Laporan: Redaksi